(57)

87 0 116
                                    

Februari 2023

Seorang perawat berseragam biru berlari melintasi koridor yang ramai sambil mendorong kereta besi dengan bak berisi peralatan medis—beberapa perawat dengan pakaian yang sama berlari dari arah berlawanan mengikuti dokter menuju ke pintu darurat di ujung koridor. Dua petugas medis dengan susah payah berjalan secepat mungkin sambil memegang tandu; seorang pria terbaring tak berdaya di atasnya dengan bersimbah darah dan kedua tangan terkulai lemas. Teriakan dan tangisan terdengar dari segala sisi, dan aroma campuran berbagai jenis zat kimia membuat hidungmu pedas tapi di saat yang sama membangkitkan perasaan ngeri hingga serasa mencekik lehermu.

Yoo Si Jin sama sekali tidak menyadari semua itu.

Si Jin menghabiskan dua jam terakhir duduk termenung di kursi penunggu; kedua tangannya yang bersandar di atas paha bergetar hebat sementara wajahnya tertunduk lesu. Beberapa orang yang leewat di koridor itu menatapnya heran; mungkin karena fakta bahwa pria yang sedang duduk membatu di kursi tunggu pasien itu adalah idola + Model Korea yang sangat terkenal—atau juga karena wajah dan bajunya yang bersimbah darah.

Perdarahannya sangat banyak, Tuan Yoo...

Si Jin menggigiti jempolnya dengan tatapan hampa, entah sudah berapa liter air mata yang dikeluarkannya dan sekarang kedua matanya terasa bengkak dan pedis. Dia lupa kapan terakhir dia menangis seperti ini—atau juga khawatir seperti ingin mati saja rasanya.

Kami sangat menyesal mengatakannya tapi, keadaannya tidak begitu baik...

Si Jin bisa merasakan dua bulir air mata kembali membasahi pipinya sementara dia bisa merasakan darah di jari jempol yang digigitnya sedari tadi.

Kami harus mengadakan operasi darurat sekarang juga.

Ya Tuhan. Si Jin menutup mata dan menundukkan wajahnya, menutupnya dengan kedua tangannya. Bila terjadi sesuatu yang buruk pada Cha Youngdan bayi mereka, Si Jin lebih baik mati saja.

"Si Jin—ah!"

Si Jin kontan menurunkan tangannya dan menengadah; terkejut ketika melihat orangtuanya dan kakek Han yang berlari ke arahnya dengan wajah tegang dan terkejut. Hatinya lebih terluka ketika melihat wajah kakek Han yang sekarang terlihat seolah nyawanya baru saja dicabut dari tubuhnya. Dia telah membuat cucu dan keluarga satu- satunya beliau terluka.

"Apa yang terjadi—kau bilang dia terkena tembakan? Di mana?" tanya Nyonya Yoo dengan mata membesar dan wajah pucat. "Di mana dia sekarang??"

"Bagaimana dengan putriku dan bayinya??" Tuan Yoo nyaris berteriak.

"Apa cucuku baik- baik saja?" suara lemah kakek Han yang sedikit bergetar justru menyayat hati Si Jin; dia tidak mampu menatap beliau. Si Jin kembali menunduk.

"Dia—" nafas Si Jin tercekat; mengatakannya dengan jelas membuat semua terasa ratusan kali lipat lebih nyata, dan menusuk. "—dalam ruang operasi."

Hening sejenak. Dia tidak berani menatap satupun dari mereka bertiga, yang saat ini seperti sedang dikutuk menjadi batu.

"Ini semua salahku," bisik Si Jin lemah, menutup wajahnya kembali.

"Si Jin-ah..."

Mengapa dia selalu membuat Hong Cha Young tertimpa kesialan? Setiap dia meyakinkan bahwa Cha Young akan terlindungi jika bersamanya, dia malah selalu membuat Cha Young bernasib naas, dan sekarang ujungnya dia telah mencelakai istrinya dan bayi mereka.

Apa dia terlalu serakah karena ingin memiliki Cha Young meskipun telah berkali- kali menyakitinya?

Sepertinya dia baru saja tanpa sadar mengatakan isi pikirannya pada mereka karena detik berikutnya mereka bertiga terperangah; ibunya kemudian duduk di sampingnya dengan ekspresi tak percaya, sementara Tuan Yoo mengusap wajah dengan frustasi dan Kakek Han menatap hampa Si Jin dengan wajah bersimbah air mata.

Shine Where stories live. Discover now