(38)

117 0 111
                                    

"Berhati- hatilah... kau harus rajin- rajin periksa kandungan, mengerti?" Kakek Han menepuk kepala cucunya yang meringis.

"Aku tahu, Kakek." Keluh Cha Young.

"Aigoo lihatlah, yang membuat kau kelihatan hamil itu hanya perutmu," omel kakek Han. Sifat lembutnya pada cucunya tadi malam menghilang seiring dengan usainya ulang tahun Cha Young. "Kau harus makan banyak, nanti janinmu makan apa?"

"Aku makan, Kakek..." protes cucunya.

"Kau sudah lebih dari 20 tahun hidup bersamaku, anak nakal, jangan pikir aku tidak tahu hobimu yang suka meninggalkan makanan!"

"Baiklah, aku akan makan banyak." Cha Young menenangkan kakeknya. "Di sini sangat dingin, masuklah—"

"Harusnya aku yang bilang padamu, yang hamil itu kau." Ujar kakek, menepuk cucu kepalanya, ekspresi galaknya berubah menjadi lembut ketika melihat Si Jin; beliau tertawa sambil menepuk punggung Si Jin sebelum berbalik masuk ke dalam toko roti.

Cha Young bisa mendengar jantungnya berdebar sangat kencang hingga hampir melompat dari dadanya. Sejujurnya gadis itu sudah bangun bahkan ketika langit masih gelap dan sengaja menyibukkan diri agar tidak perlu melakukan kontak dengan suaminya. Dia bahkan hampir dua kali membersihkan kedai kakeknya dan membantu beliau memanggang hampir seluruh roti.

Seharusnya yang terjadi tadi malam itu normal saja; mereka toh suami istri—yang mereka lakukan tadi malam sama sekali tidak salah. Hanya saja itu memberikan dampak besar; sangat teramat besar bagi Han Cha Young. Bagaimana bisa dia seperti itu tadi malam? Bagaimana bisa dia terbawa perasaan dan membiarkan itu terjadi sampai babak tambahan tiga kali ? Dia pasti terlihat sangat memalukan tadi malam. Setiap memikirkannya tubuhnya terasa terbakar dan dia ingin berteriak!

"Kau ingin masuk atau melamun di situ?" suara dingin Si Jin mengejutkan Cha Young, membuatnya bergidik.

Suara itu puluhan kali membisikkan namanya tadi malam.

Sialan! Han Cha Young, dasar wanita mesum! Cha Young menggeleng. "N—neh." Pipinya bersemu merah dan gadis itu segera masuk ke dalam mobil. Aroma cologne Yoo Si Jin yang memenuhi seisi mobil pun membuat perasaan Cha Young semakin tidak nyaman—entah mengapa, padahal gadis itu biasanya sangat suka menghirupnya.

"Kau terlalu sempurna, Yoo Cha Young."

Cha Young menarik nafas panjang dan meringis pelan. Bagaimana ini? Lama- kelamaan bahkan mendengar suara Si Jin pun dia tidak mampu!

"Kau tidak akan memakai seatbelt mu?" suara Si Jin kembali mengusiknya. Han Cha Young bergidik dan bermaksud menarik seatbelt di sampingnya ketika tiba- tiba Si Jin mendekatinya dan membantunya memakai seatbelt itu. Yoo Si Jin melakukannya dengan sangat cepat tanpa menyadari istrinya yang sekarang membeku dan menatapnya dengan kedua mata melebar; dia bisa melihat lekukan di wajah Si Jin yang tegas dan sempurna serta lehernya yang panjang—dan dia yakin ada tanda merah akibat ulahnya di situ. Aroma Si Jin pun seperti menyetrumnya.

"Y—yah" protes Cha Young, kontan memalingkan wajah ke luar. "a—apa y—yang kau—"

"Kau yakin baik- baik saja? Sepertinya tidurmu tidak cukup—" sindir Si Jin tenang.

"T—tidak, a—aku tidur d—dengan b—baik,"

"Tentu saja." Ujar Si Jin tenang, tapi setiap katanya sarat dengan maksud tersembunyi. Cha Young melayangkan tatapan membunuh pada suaminya sebelum menoleh ke luar lagi, berusaha memikirkan hal- hal yang dapat membuatnya tenang.

"P—perutmu tidak apa- apa kan?"

Nada serius dan khawatir dalam suara Si Jin membuat Cha Young mau tidak mau merasa kasihan, dia bisa merasakan pria itu menghabiskan semalaman mengkhawatirkan bila apa yang mereka lakukan akan membuat janin Cha Young dalam bahaya. Sejujurnya kandungan Cha Young sekarang belum terlalu berisiko tapi dia tidak ingin mengatakannya dengan sangat jelas; karena dia yakin Si Jin akan menginterpretasikannya dengan cara yang berbeda.

Shine Where stories live. Discover now