(24)

85 1 99
                                    

Cha Young duduk di depan meja kasir kakeknya, menatap jus jeruknya dengan tak bergairah. Pikirannya meyakinkannya bahwa yang dia lakukan adalah benar, tapi semakin dia meyakinkan dirinya, semua memori akan apa yang terjadi tadi malah membuatnya kecewa dan entah mengapa... sedih.

Sepertinya dia baru saja menciptakan masalah baru untuk suaminya.

"Kau... benar- benar mengira kue murahan seperti ini bisa menyuapku? Yoo Cha Young—ssi, sepertinya kau belum tahu banyak tentang aku."

Cha Young menutup matanya, menahan amarah dan rasa kecewa di dadanya. Dia sempat mengira Nyonya Lee adalah wanita yang baik, tapi ternyata sikapnya sama mengintimidasi dengan penampilannya. Dan juga menyebalkan.

"Yoo Si Jin melangkahi peraturan pertamaku; dia tidak datang di rapat pertama dan tidak memberi kabar. Dia menganggap remeh produksi musikal kami dan aku benar- benar tidak punya minat dengan actor yang tidak berprinsip seperti suamimu. Aku memberinya kesempatan untuk memperbaiki kariernya dan dia membuangnya ke pinggir jalan jadi sekarang tolong beritahu aku, siapa yang salah dan harus meminta maaf?"

Cha Young membuang nafas. "Wanita tak berperasaan." Gumam Han Cha Young. Sepertinya wanita itu benar- benar tidak punya toleransi atau tenggang rasa. Wanita itu sepertinya tidak punya anak—Cha Young tidak melihat satupun foto seorang anak di jajaran bingkai foto di mejanya.

"Aku harap kita tidak bertemu dalam keadaan seperti ini lagi, Cha Young—ssi. Aku percaya kau adalah gadis yang bijaksana dan sederhana, tapi jangan membela suamimu dengan cara yang tidak terpuji seperti ini. Aku benci orang yang tidak bertanggung jawab dan aku tidak menerima alasan apapun."

Kalimatnya benar- benar kasar tapi Cha Youngmerasa dia menangkap sesuatu yang menyakitkan dari kalimatnya terakhir. Gadis itu percaya dengan perasaannya. Lee Ji Hyun mungkin wanita paling kaya dan sukses serta paling cantik di kota ini.

Kenapa wanita itu terlihat... kesepian?

Cha Young menggoyangkan gelas jusnya dengan tak bersemangat.

"Kau boleh pergi, Cha Young—ssi."

"Cha Young—ah!" sebuah tangan menepuk pundaknya, menariknya kembali dari memori burunya sore ini.

"O—oh, nenek..."

"Bagaimana kueku? Apa temanmu suka?"

Well, maaf tapi aku benar- benar menyesal memberikan kue lezat buatanmu pada wanita tak berperasaan itu, seharusnya aku saja yang makan sampai habis.

"N—neh,"

Nenek tersenyum. "Syukurlah. Aigoo, kau tambah cantik, perutmu tambah membesar..." nenek itu menepuk- nepuk perut Cha Young dengan sayang. Cha Young tersenyum ringan, menatap perutnya yang mulai timbul dari balik gaun flannel favoritnya. Padahal gaun ini hanya dia pakai di acara penting sepertinya dia sia- sia memakainya hari ini.

"Ngomong- ngomong, kakekmu benar- benar bersemangat untuk ulang tahunnya besok!"

Cha Young tersenyum, menatap kakeknya yang sedang berbicara menggebu- gebu dengan teman- temannya. Acara ulang tahun adalah hiburan paling utama di tempat mereka; mereka semua bisa berkumpul, makan enak dan bernyanyi. Cha Young adalah peserta paling muda dan dia benar- benar menikmati dimanjakan oleh nenek- nenek dan kakek- kakek ini; rasanya sangat hangat dan dia bahkan berfikir rela hidup selamanya dengan mereka.

"Halmeoni, kau memasak kue favorit kakek kan?"

"Tentu saja! Kami semua di sini akan menyediakan pesta untuknya, tugasmu hanya membawa suamimu yang tampan itu kemari."

"N—neh?"

"Yoo Si Jin akan datang kan?" tanya nenek itu berharap. "Kakekmu bilang pada semua orang di sini suamimu akan datang besok dan menyanyikan semua lagu trot favorit kami!"

Shine Where stories live. Discover now