10

1.1K 33 3
                                    

Typo bertebaran gengs

Happy reading

"Saya ke sana dulu yah, Om, Tan," ucap Grey, sebelum bangkit dari kursinya.

Makananny sudah tidak menggugah selera lagi, bahkan Ananya seperti sudah melupakan dirinya yang selalu bersama gadis itu sejak kecil.

Menghembuskan napas kasar, Grey duduk di kursi yang ada di teras belakang rumah Arya. Tatapannya menatap kosong ke arah kolam renang, tempat favorite Ana itu terlihat menyedihkan.

"Maaf, ga bilang soal perjodohan ini," ucap Alex, yang baru saja duduk di kursi kosong di samping Grey.

"Ga masalah, kita punya privasi masing-masing. Saya ga harus tau semuanya tentang kehidupan pribadi kamu," jawab Grey, tanpa menatap si lawan bucara.

Alex nampak mengangguk, sebelum suasana kembali hening. Mungkin mereka terlaku larut dalam pikiran masing-masing.

"Saya harap, kamu perlakukan Ana dengan baik. She is not one of your toys, buddy," titah Grey, membuat Alex terkekeh pelan.

"Masih seposesif itu yah? Kebetulan lagi bahas tentang Ana, gue mau lo sedikit menjaga jarak sama dia. I know, kalian sepupuan. Tapi, lo ga terlihat seperti sepupunya. Dan untuk Ana, dia beda. Gue ga akan lepas dia, apalagi jadiin dia mainan. Deal?" balas Alex dengan senyum miringnya.
Grey mengangguk pelan, sebelum bangkit dari duduknya. Cowok berstelan formal itu melirik singkat pada Alex.

"Ana is not a deal, dia tanggung jawab kamu. Jadi, saya harap kamu bisa pegang kata-kata kamu barusan," ucapnya, sebelum meninggalkan Alex di halaman belakang.

Acara pertunangan akan segera dimulai. Grey memilih duduk di samping Reyhan, pria itu datang sendiri jadi tidak ada alasan untuk mengabaikan Grey.

Kalau boleh jujur, Grey sangat ingin pergi dari tempat itu. Emosinya seakan siap meledak, apalagi ketika Ana dan Alex sudah berhadapan untuk bertukar cincin. Hanya saja, cowok itu sudah janji untuk menyaksikan pertunangan Ana, pada orangtuanya.

"Kamu suka sama dia?" tanya Reyhan, menatap iba ke arah ponakan tengilnya itu.

Gerak-gerik Grey terlihat sangat jelas. Jemari yang terkepal, rahang yang mengeras, serta sorot mata yang seperti sedang menahan tangis. Apalagi yang bisa menyangkal bahwa cowok yang saat inj menjabat sebagai ketua geng itu, tengah baik-baik saja?

"Yeah, something like that," balas Grey, mengalihkan tatapannya  ketika Alex memasangkan cincin pada jari manis Ana. Meskipun jaraknya cukup jauh, Grey masih bisa menyaksikan kejadian sialan itu.

"Kamu ga ada niat rebut gitu?" tanya Reyhan lagi, mengundang putaran bola mata Grey.

"Masih aja sesat ajarannya," balas Grey, sebelum berdiri dari duduknya.

"Heh, kamu mau kemana? Acaranya bahkan belum selesai," tanya Reyhan, dibalas lambaian tangan dari Grey. Setidaknya, ia menyaksikan hal terpenting dari acara malam ini, sekaligus hal paling menyakitkan untuknya.

'Anaathasya, kisah kita bahkan belum dimulai. Tawa, tangis serta tingkah konyol yang kita lalui selama ini, rupanya hanya akan bersembunyi dibalik kata kenangan. Langkahmu yang dulu selalu mengarah padaku, kini sudah menemukan tujuannya. Aku mungkin pernah menjadi ketergantunganmu, namun kini, posisi itu bahkan sudah terenggut. Takdir sungguh tidak adil bukan? Dengan segala kebaikannya, ia membiarkan kita bersama untuk waktu yang singkat. Membuatku terbuai akan kebahagiaan semu itu, tanpa menyadari ada tembok bernama muatahil yang memisahkan kita. Tembok yang bukan sekedar tembok, karena itulah alasan mengapa aku harus melangkah mundur darimu. Entah dengan siapa kita akan mengisi lembar-lembar kosong dalam perjalanan hidup ini, kuingin kau tahu, bahwa aku masih berusaha menggantikanmu dari singga sana tertinggi di hatiku,' batin Grey, dengan langkah pastinya meninggalkan kediaman Arya.

***

Annyeong!!!

Sebagai hadiah, author kasih double up yah

Semoga kalian semua suka, jangan lupa voment

See yaa

Hwarang's

 [Wellington's 1] MY POSSESIVE GREYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang