Typo bertebaran gengs
Happy readingGrey memulai rapat dengan konsentrasi yang sudah kembali. Namun, ia merasa curiga dengan gerak-gerik Alex.
Entahlah, cowok itu sedang dalam mode ingin cepat-cepat mengusir para sahabatnya itu.
"Yakin nih, langsung diusir?" tanya Leo untuk kesekian kalinya, membuat Grey mendengus malas.
"Iya, pulang sana!" balas Grey sambil mendorong Leo untuk segera menyusul Deren dan Alex yang sudah menunggu di ambang pintu.
"Ga mau jelasin kenapa Ana di sini?" timpal Alex, mengundang tatapan tajam Grey.
"You don't have to know by the way," kesal Grey, sebelum menutup pintu dengan kasar.
Grey berjalan ke kamarnya, dengan tangan yang sibuk mendial nomor Angelo. Bukan apa-apa, keberadaan Ana di apartemennya bisa menimbulkan fitnah, sekalipun mereka adalah sepupu. Setidaknya, Grey bisa lebih tenang jika gadis itu tidak ada di dekatnya.
"Mereka udah pergi?" tanya Ana, begitu Grey masuk ke kamar.
Grey mengangguk, menempelkan ponsel di telinganya sambil menunggu jawaban dari Angelo.
"Kenapa Kak Alex bisa di sini juga?" tanya Ana penasaran. Gadis itu memang tidak begitu hafal dengan geng yang dikelola oleh Ayah serta kakaknya itu.
"Dia anggota inti, kamu kenal Alex?" balas Grey, dengan tatapan penasarannya. Ia tahu, Ana tidak akan berurusan dengan anak Hwaramg kecuali dirinya.
"Kak Al—" ucapan Ana terpotong, ketika Grey mengangkat tangannya sebagai isyarat agar dirinya menunggu.
"Jelo, kamu bisa jemput Ana ga?"
"Ana di apart lo? Jadi minggatnya ke sana yah?"
"Iya, dia di apart saya. Kamu bisa jemput dia ga, kamu tau kan anak-anak Hwarang pada lemes mulutmya saya cuman ga enak klo difitnah,"
"Good boy as always. Tapi sorry, bro. Gue masih praktikum selama tiga hari ke depan, lo tau kan Ana pasti bakal ga suka di apart sendirian. Please just three days,"
"Huffft, oke. Nanti kamu kabarin Om Arya, biar ga khawatir,"
"Iya, siap kanda. Bye,"
Tut... tut... tut...
Grey menghela napas pelan, cowok itu sedikit kurang nyaman sebenarnya dengan keberadaan Ana. Kontrol dirinya melemah kalau sudha tentang cewek itu.
"Kamu disini dulu selama tiga hari kedepan. Jelo nanti jemput kamu setelah praktikum, keberatan?" tanya Grey, dengan tangan yang sibuk mengelus lembut rambut panjang Ana.
"Kenapa harus pindah ke Bang Jelo? Kan aku sukanya di sini," balas gadis itu, lengkap dengan ekspresi cemberut andalannya.
"Karna emang harusnya begitu, Ana. Kamu mau difitnah sama tetangga saya? Kalaupun kamu ga peduli, om Arya pasti bakal marah, mau?" jelas Grey yang diacuhkan oleh Ana. Gadis itu memilih untuk berbaring di ranjang Grey.
"Ngambek, hm?" tanya Grey, yang tidak mendapat balasan apa-apa.
"Ice cream?" tanya Grey, yanh juga masih diabaikan oleh gadis itu.
Grey menggeleng pelan, kemudian berlalu meninggalkan kamarnya. Membujuk Ana memang membutuhkan sedikit effort. Tapi, poin terpentingnya adalah ice cream.
Dengan langkah pasti, Grey membawa sebuah ice cream corn yang baru saja ia buat di dapurnya. See, Ana itu selalu menjadi seoramg putri dimanapun ia berada.
"Mau ini?" tanya Grey, yang kini sudah duduk berhadapan dengan Ana di ranjangnya.
Gadis itu terlihat memgangguk, kemudian menggigit ice cream yang disodorkan oleh Grey.
"Masih ngambek?"
Pertanyaan Grey dijawab anggukkan antusias Ana. Membuat cowok itu menyergit heran, apa lagi yang kurang?
"I want more than ice cream," ucap Ana yang membuat Grey memutar otak, berusaha memikirkan hal yang disukai oleh gadis cantiknya itu.
"Mau apa? Belanja?" tanya Grey, yang lagi-lagi mendapat gelengan dari gadis itu.
Cup
Ana mencium bibir pink Grey, tepat setelah memakan ice cream. Grey mengumpat dalam hati, ketika Ana mulai memberikan lumatan kecil serta menyalurkan ice cream rasa Vanila itu ke dalam mulutnya.
'Damn it! This girl make me crazy!' batin Grey, sebelum membalas ciuman itu.
***
Anyyeong!!
It's hard to write now, becayse I just don't have a good mood.I hope you guys will enjoy it and don't forget to vote and coment
See yaa
Hwarang's
KAMU SEDANG MEMBACA
[Wellington's 1] MY POSSESIVE GREY
Teen FictionGimana rasanya dipossesifin cowok? Seru? Ngeselin, atau romantis? Tapi, kalo yang possesifin itu abang sepupu gimana rasanya tuh? Mau baper, tapi dia sodara kamu. Mau berusaha ga baper, tapi dia terus-terusan bikin baper. Ah susah! Begitulah rasa...