Bab 1 :: PEMANASAN
.
.
.Suasana pagi ini di kediaman Zephyrine sangat tidak ramah. Para gadis mempertengkarkan sesuatu hal yang tidak penting. Padahal, suasana alam sangat mendukung akan ketenangan. Burung burung bersuara dengan khas nya masing masing. Aroma tanah setelah hujan datang semalam menjadi aroma penyambut pagi ini. Tak lupa juga matahari yang entah kebetulan atau apa, menyinari tepat di bunga Lily yang sudah dua minggu ini ditanam oleh sang gadis tertua.
Beberapa pelayan yang mengantar makanan ke meja makan rumah utama hanya tertawa singkat. Sudah biasa bagi mereka melihat pemandangan sepasang adik kakak itu berkelahi kecil.
Ah sungguh sangat berisik!
"Ayolah, ini sudah pagi. Kalian tidak bosan setiap pagi melakukan ya... mungkin bisa dibilang ritual tak berguna seperti ini?" Sindiran yang di ucapkan oleh sang kakak kedua membuat atensi sepasang gadis tersebut teralihkan.
Baiklah. Sepertinya membangunkan harimau di pagi hari adalah suatu kesalahan mereka kali ini.
"Kakak mu sedang tidak bisa mengendalikan emosi nya. Jadi, cobalah untuk belajar memahami apa yang sedang terjadi." Gadis berambut panjang itu bersuara. Sembari tangannya dengan lihai membagikan beberapa lauk ke piring kaca milik adik adiknya.
"Selamar Pagi gadis gadis." Sapaan itu membuat Saireen---sang kakak tertua melirik kearah suara tersebut.
"Oh, paman. Ada apa kesini?" Tanya Saireen. Ia kemudian meletakkan dua buah sumpit yang ia gunakan untuk meletakkan lauk di piring adik nya, ke piring khusus yang telah disediakan.
"Tidak ada. Memang jika aku kesini pasti ada sesuatu?" Pertanyaan aneh itu membuat Ayra yang berkelahi kecil dengan adiknya menggerakkan hidung nya tak tentu arah.
Loive yang merupakan adik Ayra menunjuk wajah kakak nya dengan tawa keras hingga beberapa burung yang hinggap di teras rumah mereka terbang begitu saja.
"AHAHAHAHA, kakak lihat! Apa yang sedang kau lakukan?" Loive menutup mulut nya sambil menunjuk ekspresi Ayra yang sudah kembali seperti semula.
"Loive! Kau SANGAT MENGESALKAN!" Teriakan menggema disertai gertakan kecil yaitu membanting sumpit. Ayra dan Loive benar benar dalam masalah ketika kedua kakaknya menatap nya dengan tatapan khas nya sendiri sendiri.
Jeruby---kakak kedua mereka menatap keduanya dengan tatapan ingin berkelahi.
Lalu Saireen---kakak pertama mereka menatap keduanya dengan tatapan tenang.
Jika Ayra disuruh memilih untuk ditatap oleh siapa, ia akan memilih untuk ditatap oleh Jeruby. Karna tatapan Saireen ketika sudah ingin marah benar benar menakutkan! Apalagi aura ungu yang keluar begitu saja dalam dirinya membuat aksen menakutkan nya semakin melekat.
Padahal hanya tatapan.
Berbeda dengan sang kakak, Loive lebih memilih untuk kembali menatap balik mereka yang menatap nya dengan tatapan marah atau sebagainya. Loive membenci kakak nya, ia membenci kakak pertamanya. Entah apa yang ia pikirkan hingga perasaan busuk itu muncul begitu saja dalam hatinya yang dulu masih suci.
"Tidak seharusnya kau menatap kakak seperti itu, Loive." Tegur Jeruby, lalu melahap sayuran yang di buat oleh juru masak keluarga utama.
"Aku tidak peduli."
"Kau harus peduli, itu juga demi dirimu sendiri bocah." Loive menendang meja makan mereka hingga mengakibatkan Ayra yang sedang mengaduk kuah dalam mangkuk menyipratkannya ke baju Saireen.
Melihat ekspresi Ayra yang berubah seperti merasa bersalah di campur dengan rasa takut. Saireen pun tersenyum dari arah samping kemudian berkata. "Tidak apa." Tak lupa tangannya yang mengelus pundak Ayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
saireen : to eternal peace
Fantasybagi Saireen, kedamaian yang abadi adalah segalanya. tidak ada yang lebih penting daripada membuat seluruh kejahatan dan peperangan musnah dari alam semesta. juga, tidak ada yang lebih penting lagi, selain membuat takdir bertekuk lutut dalam kendali...