Senja kali ini membawa suasana yang berbeda untuk sebagian orang didunia. Saireen, menjadi salah satu dari mereka yang merasa suasana senja hari ini berbeda dengan yang sebelumnya.
Rambutnya yang ia biarkan terurai, tertiup begitu saja oleh angin. Benda tak kasat mata dengan perwujudan semilir itu, berhasil membawa seluruh helaian rambut tanpa ikatan ke segala arah. Terkadang, jemari kecilnya menyelipkan helaian rambut lembutnya ke balik telinga indahnya.
Dengan sedikit senyuman tipis, ditambah cahaya jingga dari senja yang mengarah tepat ke wajahnya---Saireen sudah terlihat seperti seorang dewi. Wajah rupawan yang amat sempurna. Hidung mancung, alis tebal, rahang tegas dan garis mata yang tajam.
Secara fisik, Saireen memang sangat unggul. Tapi jika secara bathin, ia harus lebih belajar lagi. Ia adalah perempuan rapuh, yang terkadang lepas kendali atas kerapuhannya.
Kedua matanya menatap dengan tegas kearah matahari yang menyinari dirinya dengan warna jingga. Tidak peduli efek samping dari apa yang sedang dilakukannya. Saireen tetap menatap sang surya, dengan pikiran yang berkecamuk.
Memikirkan sebuah kalimat yang terucap dari seseorang yang berhasil memancing emosi dalam dirinya. Mengingatnya kembali, ia semakin mempertegas tatapannya. Rahangnya yang sudah mengeras, dan juga kedua tangannya yang terkepal erat.
Saat ini, ia hanya sendirian. Duduk disebuah tepi jurang yang entah terdapat apa didalamnya. Awan kabut yang menutupi jurang tetap tidak bisa membuat Saireen tidak melihat apa yang ada dibawah sana jika dirinya menginginkan untuk tahu. Kakinya yang bergelantung manja terkadang mengenai awan kabut lembut itu. Hampir tak terasa jika tidak diresapi. Sama halnya seperti sebuah perasaan.
Saireen dilanda kebingungan. Ia dilema. Ia tidak ingin terikat, tapi hatinya sendiri menginginkan keterikatan. Logikanya terus menolak, memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi jika dirinya benar benar memilih apa kata hatinya. Namun, ia juga tidak bisa egois. Logika, hanya membuat ego dalam dirinya melonjak-lonjak. Tapi hatinya, membuat dirinya seakan buta tentang segala hal buruk itu. Ia benar benar bingung.
Hatinya masih terlalu suci, untuk terisi sesuatu yang menyakitkan. Walaupun belum ada tanda tanda seseorang ingin memiliki orang istimewa nya, Saireen tetap harus waspada.
Saireen tidak mau mengakui apa yang terjadi pada dirinya ketika bersama lelaki Grynaza itu. Ia tidak ingin mengakui desiran aneh yang menjalar dalam darahnya. Ia tidak mau mengakui apapun itu yang berhubungan dengan jiwa nya ketika berdekatan dengan Zero.
Zephyrine dengan segala kegengsiannya, tidak akan pernah mau mengakui tentang dirinya secara blak-blakan. Cukup dengan tindakan, para Zephyrine rasa itu bisa menggambarkan perasaan yang sedang terjadi dalam diri.
Tapi, Saireen berbeda. Ia merasa jika dirinya juga harus mengakui tentang dirinya secara lisan, karna tidak semua orang dapat mengerti dalam tindakan.
Disisi lain, darah gengsi masih melekat dalam dirinya. Ia bingung harus berekspresi apa, hingga dirinya memutuskan untuk tidak berekspresi apapun.Saireen tahu, jika ini akan sulit. Namun, apa salahnya mencoba? Jika berhasil, itu akan menguntungkan dirinya.
Tanpa terasa, dirinya sudah berada dua jam disana. Di tepi jurang yang matahari nya sudah berganti dengan benda bulat berwarna putih.
Walaupun sudah larut, Saireen sama sekali tidak ingin beranjak dari sana. Ia masih ingin menatap bulan yang seolah menatap dirinya balik.
Angin semilir begitu kencang, seolah mengisyaratkan Saireen bahwa malam sangat dingin. Mengusir perempuan itu secara perlahan. Tapi Saireen tetap tidak beranjak.
Sampai sebuah suara yang akhir akhir ini menjadi faktor utama dalam pikirannya terdengar lantang. Lebih jelas daripada sebelumnya ketika didalam mimpi.
Suara itu kembali. Berbicara tentang hal yang sama, dan tatapan yang sama. Saireen sama sekali tidak menoleh. Tidak mengangkat kakinya dari acara bergelantung ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
saireen : to eternal peace
Fantasybagi Saireen, kedamaian yang abadi adalah segalanya. tidak ada yang lebih penting daripada membuat seluruh kejahatan dan peperangan musnah dari alam semesta. juga, tidak ada yang lebih penting lagi, selain membuat takdir bertekuk lutut dalam kendali...