warning, chapter ini mengandung timeskip.
.
.
.Sudah empat tahun sejak keempat bersaudara ditambah sang kakak sepupu tinggal didalam kerajaan. Ya, lebih tepat nya mereka tinggal disebuah bangunan yang letak nya tidak jauh dari istana utama.
Melupakan hal itu, sekarang para anggota keluarga kerajaan sudah terlelap. Selain karna besok pagi pelantikan resmi Saireen sebagai pelindung anggota keluarga kerajaan, mereka juga akan melakukan pertemuan dengan wali dari pemerintah kota sebelah untuk membahas pembangunan di lahan yang sudah di tentukan.
Bagi Saireen, menjaga anggota keluarga kerajaan sangat membosankan dan membuat jantung terus berwaspada. Hidupnya merasa tidak tenang saat sang paman memberitahu nya bahwa di hari pelantikan dirinya esok, ia akan memiliki sebuah goresan dibagian dahi nya.
Seorang penjaga selalu memiliki nya, tapi letaknya berbeda. Sang kakak sepupu memiliki goresan itu dibagian lengan, yang tertutup oleh baju. Tapi sialnya ia memiliki dua goresan dengan yang satu berada di dahi mulai esok pagi.
Itu menyebalkan.
Kedua adiknya akan mengejeknya tentang hal itu, tapi sang adik kecil tidak memperdulikannya. Saireen hanya memutar kedua bola matanya saat tahu bahwa dirinya akan lebih sering berada dalam jangkauan istana utama daripada tempat dirinya dan adik adiknya tinggali.
"Esok pagi aku akan mendapatkan goresan kutukan itu." Suara Saireen tampak bergetar, rasanya ia ingin menangis. Kenapa harus dirinya yang menjadi tumbal dari keluarga utama. Tradisi ini sangat menggelikan di mata Saireen.
"Kau tidak bisa menolaknya, itu sudah menjadi takdirmu. Takdirmu, menerima kutukan itu." Saireen menoleh kearah samping, dimana Loive tertidur menghadap kearahnya dengan tatapan seperti biasanya.
"Aku harap kau tidak menyesal mengucapkannya karna takdir mu juga akan begitu bersama dengan Ayra suatu saat nanti." Saireen memang berucap dengan tenang. Air matanya yang tadi hampir jatuh seperti tertarik kembali untuk masuk agar tidak keluar.
"Kau menyebalkan, harusnya kau yang mati saat itu!" Saireen hanya menatap sang adik. Menatap gadis itu dengan pandangan menyuruh untuk terlelap. Dalam sekali tiupan, Saireen berhasil membuat kedua mata coklat itu terpejam.
"Maafkan aku."
Disaat Saireen ingin menyusul ketiga adiknya ke alam mimpi, sebuah bayangan dari jendela yang hanya ditutupi selembar kain putih terlihat begitu saja. Saireen benar benar harus berjaga malam ini. Ia tidak tau jika itu musuh atau pasukan yang sedang beroperasi.
"Sebaiknya aku memastikan nya langsung."
Gadis berambut panjang itu membuka selimutnya, lalu memakai sepatu misi nya dan hanya memakai jaket misi untuk mengecek keadaan di luar sana. Sepertinya ia lupa membawa sesuatu untuk berjaga jaga, atau mungkin memang sengaja untuk tidak membawa sesuatu.
"Jika aku membawa sesuatu untuk pembelaan diri, itu akan semakin merepotkan. Suara yang ditimbulkan relatif lebih tinggi daripada tangan kosong." Gumam nya, lalu membuka pintu dan berbalik untuk menutupnya.
Kedua mulutnya terbuka untuk menguap, "Aku sangat mengantuk." Ucap Saireen tanpa sadar bahwa di belakangnya ada seorang yang mengikutinya.
Saat sudah sampai di halaman istana yang di khususkan untuknya, Saireen mulai melakukan aksinya. Tidak kecil, hanya untuk memancing para musuh agar tahu bahwa ada yang masih belum tidur disini.
"Kalian mau apa?" Yang ditanya hanya tertawa dengan suara yang menurut Saireen sangat tidak merdu.
"Katakan, dimana sang Raja dan Ratu istirahat?" Saireen menunjuk kearah hutan yang menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
saireen : to eternal peace
Fantasybagi Saireen, kedamaian yang abadi adalah segalanya. tidak ada yang lebih penting daripada membuat seluruh kejahatan dan peperangan musnah dari alam semesta. juga, tidak ada yang lebih penting lagi, selain membuat takdir bertekuk lutut dalam kendali...