Berbagai serangan sudah diluncurkan oleh pihak musuh ke kota yang masih terdapat beberapa penduduk, termasuk kota yang menjadi Raja dan Ratu tinggali. Penduduk yang melihat serangan serangan itu pun berlarian kesana kemari, hingga akhirnya dituntun menuju tempat pengungsian teraman. Disana, sudah ada beberapa pasukan yang ditugaskan untuk menjaga para warga. Sedangkan sang Ratu bertugas untuk tetap berdiri dikerajaan. Menunggu entah itu kabar baik atau buruk. Serta menjaga agar mahkota turun temurun milik Kerajaan tidak berpindah tangan ke orang yang salah. Ditemani oleh pelayan terbaiknya---Andria, juga ditemani oleh Akari dan Chloe. Sedangkan kedua anak nya sudah terjun langsung ke lapangan demi mempertahankan daerah kekuasaan mereka. Disekitar Kerajaan, lebih tepatnya di istana utama juga dijaga ketat oleh para pasukan yang telah Jendral Onell utus untuk menjaga Ibu Negara mereka.
Seorang ratu tidak boleh ikut perang, karna ia adalah seorang wanita yang menjaga kehormatannya agar tidak jatuh dihadapan penduduknya sendiri. Seorang ratu juga tidak pantas untuk menjadi korban pertumpahan darah, apalagi dirinya merupakan seorang berdarah biru yang bisa bergerak kearah manapun. Ia yang paling berkuasa di negara ini, mengalahkan raja nya, suaminya sendiri. Karna itu merupakan pesan leluhur, dimana derajat wanita lebih tinggi hingga ratu dapat mengalahkan posisi seorang raja. Dan seorang raja, harus bisa mempercayakan tahta kedudukannya kepada sang ratu untuk dijaga. Biar ia saja yang berkorban, setidaknya yang memimpin negara ini adalah istrinya sendiri.
Keadaan kota kini sudah berubah menjadi hening, bahkan malam pun tidak menampakkan sang bintang. Angin bertiup begitu kencang, hingga membuat orang yang berani keluar akan merinding. Kedai kedai sudah tutup, tidak ada satupun yang terbuka.
Dedaunan yang terjatuh akibat angin, hanya bisa pasrah saat angin kembali membawanya terbang entah kemana.
Saireen akan datang telat ke medan pertempuran, karna ada hal yang harus dirinya selesaikan. Perempuan itu kembali mengingat, tempat dirinya dan Charsey makan waktu itu. Ada hal yang sangat penting yang harus dirinya tuntaskan sekarang, atau tidak sama sekali.
Langkahnya terhenti, dan menatap sebuah kedai bertuliskan pasta di papan atas bangunan tersebut. Lalu tiba-tiba, pintu terbuka. Menampakkan beberapa orang yang muncul dengan seragam khasnya. Salah satu dari mereka tersenyum, kemudian berkata. "Apa kita kehadiran tamu?" Ucapnya menggoda, yang dibalas dengusan kasar oleh Saireen.
"Lebih baik masuk dulu, anginnya sangat ganas kali ini." Sahut seseorang, dengan rambut biru muda.
Semuanya mengangguk, dan duduk disebuah kursi. Saireen menatap tempat yang akan dirinya duduki dengan kedua alis bertaut. Lihat, bahkan jumlah kursinya sangat pas dalam satu meja. Seperti sudah direncanakan sebelumnya.
"Kami tahu kau akan datang, jadi aku sudah menyiapkan tujuh kursi." Seorang wanita berucap, ia duduk tempat disamping Saireen.
"Langsung saja, jadi apa arti surat itu?!" Saireen bertanya sarkas, tidak ingin membasa-basi karna keadaan dilapangan sana sudah berlumuran darah.
Sebuah kertas terlempar begitu saja, pelakunya adalah Saireen. Siapalagi jika bukan dia yang melempar?
"Aku tahu, kau dan pihak kerajaan akan merebut pedang suci itu. Tapi, kalian tidak tahu letaknya, sedangkan Raja Kegelapan sudah tahu letaknya. Dan disini aku akan mengajakmu---"
"Negosiasi?" Tebak Saireen yang diangguki oleh mereka berenam. Saireen terkejut, namun segera menetralkan raut wajahnya. "Negosiasi apa? Aku masuk dalam kelompok kalian, begitu?" Salah seorang dari mereka bertepuk tangan dengan heboh. Tebakan Saireen selalu tepat sasaran!
"Ya."
"Aku tidak mau."
"Yakin? Bukankah kalian sangat membutuhkan pedang itu? Dan, oh sepertinya aku perlu tahu akan diapakan pedang tersebut ketika sudah sampai ditangan kalian, hum?" Kali ini sesosok lelaki seumuran Jeruby yang berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
saireen : to eternal peace
Fantasybagi Saireen, kedamaian yang abadi adalah segalanya. tidak ada yang lebih penting daripada membuat seluruh kejahatan dan peperangan musnah dari alam semesta. juga, tidak ada yang lebih penting lagi, selain membuat takdir bertekuk lutut dalam kendali...