11. Dewi Theana

166 111 83
                                    

Setelah peristirahatan yang cukup lama, yakni hampir empat jam. Tim tiga pun segera bergegas ke tujuan mereka. Seketika jiwa malas yang menghampiri sebelum istirahat sirna dan digantikan dengan sebuah rasa gembira yang berapi-api.

Daun kering yang berguguran akibat angin yang tidak terlalu kencang berhasil membuat suasana menjadi damai. Di siang hari yang terik ini, matahari bersinar tepat diatas mereka. Menyinari dengan segenap hati tanpa memandang siapa yang sedang ia sinari.

Awan yang setia menemani matahari, semakin memperjelas posisi sang surya yang sangat penting. Kicauan burung berwarna biru dan hitam terdengar begitu merdu. Entah apa yang sedang dewa dan dewi rencanakan hingga membuat suasana siang ini tidak terlalu panas, mencekam atau bahkan keduanya. Berharap suasana seperti ini terjadi hingga seterusnya sangatlah tidak mungkin. Tapi, apa salah nya berharap dan berdoa?

Setelah membenarkan tali sepatu nya yang bercecer kemana-mana, Saireen segera menyusul anggota tim nya yang lain. Memandang keempat orang itu dari jauh dengan kilauan matahari yang menuju kearah mereka. Sekilas, mereka seperti berjalan menuju tempat terindah yang memiliki awan diatas tanah dan asap asap tipis bak cerita yang pernah Saireen baca di perpustakaan istana.

Tak ingin tertinggal lebih jauh, perempuan dengan kulit lembut itu menggunakan kekuatannya untuk cepat sampai. Sekali kedipan dari Kaleya dan Romazha sehingga sang rekan sudah berada ditengah tengah mereka.

"Astaga," Kaleya mengelus dada nya dengan sabar. Sedangkan sang sepupu jauh langsung menghentikan aksi pertahanan diri dari perlakuan tiba tiba Saireen.

"Sekali lagi seperti itu, akan ku buat kau tidak bisa menggunakan kekuatan itu!"

Sikap tempramental Romazha menjadi hiburan tersendiri bagi Saireen. Tidak sulit untuk membuat laki laki itu marah. Cukup menendang tulang rusuk nya, sudah dipastikan ia akan berubah menjadi sosok monster.

Saireen tertawa dengan getaran tubuhnya yang cepat. Membayangkannya membuat dirinya ingin sekali melakukan itu.

Tapi sayangnya,

Saireen masih sayang nyawa.

"Kau gila."

Sang kapten yang berjalan didepan hanya menggeleng samar atas tingkah laku anggota nya. Sepertinya ia harus terbiasa dengan keadaan ramai tapi tidak terlalu ramai ini.

"Jika aku gila, kau apa? Kelainan jiwa?" Tanya Saireen, sembari menggenggam tali tas ransel nya.

"Kalian terus bertengkar, huh?" Pernyataan atau pertanyaan dari Kaleya membuat Saireen dan Romazha memutuskan kontak mata sengit diantara keduanya.

"Ah, interaksi kalian sangat menggemaskan!" Akari meletakkan kedua telapak tangannya diatas kepala Romazha dan Kaleya, sedangkan dagu nya diletakkan dengan manis diatas kepala Saireen.

"Menggemaskan darimana nya? Sangat tidak elit sekali." Kaleya membelalakan matanya. Sedikit terkejut dengan suara yang terlontar dari Romazha.

Tadi apa katanya? Menggemaskan sangat tidak elit? Hey! Bahkan orang orang sangat ingin diberi pujian dengan kata lucu itu, tapi mengapa Romazha malah mengartikannya sebagai tidak elit?

Fiuh, benar benar aneh laki laki yang satu itu!

"Ehhh? Apa kau bilang? Tidak elit? Dirimu kali yang tidak elit! Enak saja." Kaleya mendengus sembari bersedekap dada. Memandang tajam pepohonan yang ia lewati seolah itu adalah bentuk lain dari Romazha.

"Aku tidak sabar mendengar gosip baru!" Gumaman Saireen terdengar dengan jelas di kedua telinga rekan tim serta Akari.

Gosip apa?

saireen : to eternal peaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang