Bab 3 :: ORANG BARU
.
.
.Festival yang diadakan satu tahun sekali di negri modern ini cukup membuat perhatian publik dari seluruh penjuru dunia. Bahkan, tak segan segan pemimpin atau orang penting dari negara lain datang kemari hanya untuk berjalan ria atau bahkan mencari pasangan.
Dan di sore hari ini, matahari akan menjadi saksi bagaimana ramainya desa tempat kepemimpinan pusat berada. Bukan tanpa alasan desa dengan banyaknya penduduk ini lebih ramai. Karna hanya di perayaan ini lah mereka dapat bertemu langsung dengan sang putra dan putri mahkota.
Tanpa penjagaan ketat sama sekali. Paling paling, hanya perempuan bersurai coklat muda yang mengiringi mereka berdua.
Disuatu tempat dimana para wanita sedang berbelanja kebutuhan mereka 'tuk nanti malam, terlihat seorang perempuan dengan pakaian santai nya sehabis berkeliling menuju tempat keramaian tersebut.
Riasan wajah, perhiasan berkilau, dress kekurangan bahan, sepatu tinggi dan---apa itu namanya? Saireen tidak tahu sebutan dari barang mencolok itu, tapi dari ciri ciri nya---botol kecil berwarna merah terang---Saireen segera tahu fungsi dari barang mencolok tadi.
Kini, langkah kakinya terhenti didepan rak yang berisi beberapa perhiasan. Kedua mata berbeda warna itu terlihat tertarik dengan sebuah kalung ber-liontin amethyst. Membeli untuk dirinya, tidak masalah 'kan? Lagipula, hanya di tanggal ini dia bisa bebas dengan apa yang dirinya inginkan. Lalu setelah hari ini, ia akan kembali pada tugasnya.
Jika diperhatikan lagi, kalung yang ia taksir itu sangat cocok jika disandingkan dengan cincin miliknya. Selain warna nya yang sama, ukiran yang terdapat di kedua batu itu juga lumayan mirip.
Tanpa babibu lagi, Saireen segera mengambil barang yang berhasil menarik perhatiannya. Lalu berjalan untuk melihat-lihat lagi. Siapa tahu akan ada barang yang berhasil membuat kedua matanya tertarik lagi. Kali ini, ia ingin memberikan suatu hadiah kecil untuk ketiga adiknya dan juga Zho, kakak sepupu tersayangnya.
"Ah, pita rambut ini cocok untuk Ayra."
"Ini juga cocok untuk Jeruby."
"Bagaimana ini, semuanya terlihat menarik. Aku benar benar menyesal datang kemari."
"Ini bagus untuk Loive."
"Oh! Zho sepertinya akan menyukai ini."
"Kaleya menyukai anting ini tidak, ya?"
"Zero? Sepertinya tidak usah dibelikan."
Saireen terus mengoceh dengan nada pelan, tanpa mengetahui jika dibelakang nya ada seseorang yang menatap datar dirinya.
Apa tadi kata Saireen? Zero tidak usah dibelikan? Heh, yang benar saja!
"Ekhem." Sosok dibelakang Saireen berdehem.
Saireen bukanlah perempuan tuli atau perempuan yang memiliki masalah dengan telinga nya hingga harus mendengar ulang apa yang orang lain suarakan.
"Kau tega tidak membelikkan sesuatu pada ku, Nona Saireen?" Terdengar nada mengejek disela-sela ucapannya.
Sungguh, tadi itu Saireen hanya bercanda! Benar kan, mochey?
Saireen berbalik. Menatap ragu mata berwarna honey itu. Selalu saja seperti ini ketika dirinya sedang terciduk putra mahkota.
"A-anu, aku tadi h-hanya bercanda. Iya bercanda." Saireen menggaruk pipinya yang tidak gatal. Melirik kearah sebuah barang yang menurutnya cocok dengan lelaki dihadapannya ini.
Melihat Saireen yang menatap kearah lain, Zero---sang lelaki bermata honey mengikuti pandangan Saireen. Seringaian dalam hati keluar begitu saja. Sepertinya, ia harus sedikit memberi bumbu atas candaan Saireen yang menurutnya tidak lucu tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
saireen : to eternal peace
Fantasybagi Saireen, kedamaian yang abadi adalah segalanya. tidak ada yang lebih penting daripada membuat seluruh kejahatan dan peperangan musnah dari alam semesta. juga, tidak ada yang lebih penting lagi, selain membuat takdir bertekuk lutut dalam kendali...