Dini hari ini, sang Jendral memutuskan untuk memberi istirahat pada seluruh tim dan yang lainnya sampai tengah hari. Hitung hitung hasil dari latihan ketat mereka selama satu minggu belakangan ini, yang terlihat tidak terlalu sia sia.
Tenda terbagi menjadi sepuluh, dengan beberapa pasukan yang Jendral bawa dari kerajaan untuk menjaga mereka setiap harinya sampai saatnya tiba. Para pasukan itu berdiri melingkari area latihan, dengan menghadap berselang-seling agar pengawasan lebih intens dari sudut manapun. Tak lupa, jika disetiap tenda selalu dijaga oleh setidaknya dua pasukan pengintai.
Karna hari ini seluruh peserta yang datang diberi istirahat sampai siang hari nanti, pasukan yang menjaga pun mulai menepi untuk beristirahat. Sangat lelah walaupun tugas mereka saat ini sebatas berdiri, karna belum melihat pergerakan yang mencurigakan. Berganti shift bukanlah hal mudah, mereka juga harus tetap memasang mata tajam nya agar tidak terlewat satu hal pun dari pandangan.
Saireen, yang terkadang bergadang karna alasan klasik agar dirinya tidak terlalu kentara ingin ikut mengawasi demi menjaga keamanan. Terkadang, perempuan itu juga menyuruh para pasukan untuk duduk beristirahat dan memberi mereka minum selama lima belas menit sebagai waktu istirahat. Dan selama itupula, Saireen yang berdiri disuatu dahan pohon untuk mengawasi dari atas menggantikan pasukan pengintai dan keamanan yang ia beri waktu untuk istirahat.
Mereka hanya menurut, lagipula Saireen juga merupakan seorang pasukan, bukan? Ya... walaupun berbeda, tapi itu tetap sama saja dimata mereka.
Pagi hari yang mendung ini membuat Jeruby memilih untuk bermanja-manja dengan tempat tidurnya. Tubuhnya tidak bisa bergerak leluasa karna ruangan yang menurutnya cukup sempit ini.
Menghela nafas kesal, Jeruby duduk di tempat tidurnya. Menatap kesal tirai yang menjadi pengganti sebuah pintu dihadapannya.
"Aku bosan sekali!" Jeruby berteriak frustasi.
Mendengar hal itu, rekan satu timnya segera melesat dan menyibak tirai ruangan milik Jeruby.
"Kunyuk! Kau ingin mengintipku, hah?!" Jeruby menatap datar kearah Unya.
"A-aku kira sedang terjadi sesuatu padamu." Ucap Unya.
Jeruby menghirup udara sebanyak-banyak nya, kemudian kembali mengistirahatkan tubuhnya. Tidak memperdulikan Unya yang masih berdiri disana.
Karna tidak melihat pergerakkan Unya sama sekali, yang artinya tidak keluar dari kamarnya. Jeruby pun mengangkat kepalanya. "Astaga, Unya kau masih ingin disini terus bersamaku? Pergi sana!" Jeruby mengusir, tak ingin diganggu oleh siapapun tanpa terkecuali.
"B-baiklah, e-eum... aku nanti akan kemari lagi setelah selesai membuat makan." Unya bergegas pergi setelah berucap. Sedangkan Jeruby kembali memejamkan matanya.
"Dasar gagap." Ujar Jeruby.
Sedangkan disisi lain, Saireen sudah terbangun. Dengan posisinya terlentang, ia dapat dengan bebas menatap langit langit tendanya. Tidak ada yang spesial di atas sana, tapi sebuah senyuman berhasil terukir dibibirnya.
Tadi pagi, Zero sudah lebih dulu bangun. Lelaki itu duduk disebuah kursi yang Saireen tidak tahu asalnya darimana sedang menatapnya intens. Walaupun Saireen masih memejamkan kedua matanya, ia tahu jika sedang diperhatikan dengan sedalam itu.
Tak ingin bangun sebelum sang Putra Mahkota pergi, Saireen malah kebablasan tertidur hingga pukul delapan pagi. Namun, sebelum dirinya benar benar masuk ke alam mimpi, ia mendengar sebuah panggilan untuk bangun dari Zero.
Dan yang lebih parahnya lagi, lelaki itu menyatakan cin...
"Saireen?!"
Oh tidak, Kaleya sepertinya tahu jika dirinya sudah terbangun. Sungguh, ia sedang demam dan penyakit sialan itu belum sembuh sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
saireen : to eternal peace
Fantasybagi Saireen, kedamaian yang abadi adalah segalanya. tidak ada yang lebih penting daripada membuat seluruh kejahatan dan peperangan musnah dari alam semesta. juga, tidak ada yang lebih penting lagi, selain membuat takdir bertekuk lutut dalam kendali...