24. Gertakan Selir

91 29 90
                                    

Tidak jauh beda dengan kondisi di Kerajaan yang sedang kacau. Penyerangan mendadak yang dilakukan selir muda itu cukup membuat sang Ratu harus turun tangan. Meninggalkan sebuah mahkota yang dijaga oleh para pelayan kepercayaan.

Dan disinilah mereka. Ya, mereka. Karna ada Chloe dan Akari yang turut menemani sang Ratu.

Vas mahal yang dipajang di dinding pecah karna menjadi sasaran Mozeya, selir yang mengajukan penyerangan sepihak. Ratu Therina menggeram kesal melihat barang miliknya dihancurkan oleh tangan selir suaminya.

Awalnya, Ratu Therina hanya diam saja melihat gertakan Mozeya dihadapannya. Tapi, lama-lama ia menjadi kesal sendiri. Sudah ada empat vas yang hancur akibat kekuatan Mozeya yang meleset dari sasaran utama, yakni dirinya.

"Hanya aku! Hanya aku yang pantas bersanding dengan Yang Mulia Raja! Bukan kau! Dan bukan yang lain!"

BRAK

Ratu Therina berhasil menghindari serangan dengan lihai hingga Mozeya kembali menghancurkan benda tak bersalah. Rambutnya yang terurai, bergerak mengikuti arah tubuhnya mengarah. Membuat aura milik sang Ratu semakin menguat.

Chloe dan Akari tidak tinggal diam. Keduanya menghalau beberapa serangan dari Mozeya yang diarahkan ke Ratu Therina.

"Kau kira aku akan menyerahkan suami ku kepadamu, wahai selir muda?" Ratu Therina tersenyum sinis setelah berucap. Ia menyibak bagian bawah gaunnya, dan mengambil sebuah pistol.

Walaupun dirinya tahu, bahwa peluru itu tak kan mempan. Tapi, setidaknya ia sudah berusaha karna kekuatannya semakin lama semakin menurun.

DUAR

Chloe dan Akari saling menatap, kemudian mengangguk bersamaan. Beruntungnya mereka berdua yang paham akan kode-kode istana, jadi tidak perlu berfikir dua kali tentang pemikiran mereka yang mengatakan bahwa Ratu Therina sedang tidak memiliki kekuatan.

Chloe dengan pedang tajamnya, dan Akari dengan kekuatan di kedua tangannya.

Mozeya menatap kedua pengawal Ratu Therina dengan kesal. Ia yang tak mau kalah segera mengeluarkan secercah cahaya dari tangan kanannya---karna tangan kirinya tidak dapat digerakkan akibat dijadikan sasaran empuk dari pistol milik Ratu Therina.

Ratu Therina perlahan berjalan mundur. Membiarkan sisanya diurus oleh kedua pengawal sementara nya.

"PENGECUT! KAU TIDAK PANTAS DUDUK DISANA!" Mozeya berteriak lantang di belakang sana, sedangkan Ratu Therina terus berjalan kearah tempat dirinya menetap.

Berjalan tergopoh-gopoh, sambil terus memegangi perut kanannya yang terluka. Pun, mulutnya yang mengeluarkan darah hingga gaun yang ia pakai ternodai warna merah pekat.

Dengan anggun, Ratu Therina duduk disinggasana nya. Walaupun keadaannya sekarat, ia harus tetap bisa duduk tegap di kursi tahta nya. Dengan sebuah mahkota yang diletakkan disebuah kotak disampingnya.

Pelayan kepercayaannya yang tak sengaja melihat kondisi Nyonya mereka, dengan segera membawakan sebuah obat-obatan. Anggota medis yang ditetapkan di istana pun turut membantu. Namun, semua hal yang dilakukan mereka untuk mengobati luka Ratu Therina ditolak dengan halus. Berdalih pada para pelayannya, bahwa dirinya baik baik saja.

Sepintas, ia memikirkan keadaan di medan perang sana. Jika dirinya yang seperti ini saja sudah merasakan sakit luar biasa, bagaimana dengan mereka yang turun tangan melawan musuh bebuyutan dunia?

Memikirkannya saja membuat tubuhnya semakin lemas. Tapi, ia tidak boleh membungkuk! Ia harus tetap duduk tegap!

Suara bising dari arah sayap barat istana utama yang ditimbulkan oleh gertakan Mozeya, juga perlawanan yang dilakukan Chloe serta Akari masih terdengar sangat riuh. Ratu Therina menghela nafas pelan, hingga gerakkan pada dadanya pun hampir tak terlihat. Ia menggenggam sebuah tongkat emas yang diletakkan disamping lengannya. Genggaman yang kian mengerat, menggambarkan betapa sakitnya luka yang ditoreh.

saireen : to eternal peaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang