6. Misi Pertama

231 161 104
                                    

Bab 2 :: LEMBARAN SESUNGGUHNYA
.
.
.

Siang ini, Di lapangan yang luas, yang letaknya jauh dari jangkauan istana, terdapat beberapa anak yang berumur sekitar 15 sampai 20 tahun. Mereka berkumpul atas undangan dari pihak kerajaan dengan alasan utama mengasah bakat mereka. Jangan tanya pihak kerajaan tahu darimana tentang bakat anak anak itu, panggil saja ia Analoe---wanita cantik yang menjadi ketua tim pengintai kerajaan. Didepan sana, lebih tepatnya diatas balok putih kecil, sang Jendral sedang berbicara, menjelaskan maksud dari hari ini lalu membagi mereka menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiga orang. Entahlah mengapa harus tiga orang, padahal genap itu lebih saling mengisi.

Benar bukan?

Zero dan Kaleya pun turut serta dalam barisan yang sudah ditentukan berdasarkan umur mereka. Raja Boro dan Ratu Therina sengaja menyeret putra dan putri mereka untuk mengikuti misi yang terbilang---yah mungkin cukup untuk melatih mental serta fisik seorang anak kerajaan. Tanpa peduli bahwa bisa saja Zero dan Kaleya terluka. Tapi, selagi masih ada sang pelindung itu, keduanya tak perlu mengkhawatirkan nya.

"Baik. Tim 1, terdiri atas kau, kau dan kau. Tim 2 terdiri atas..." Begitulah selanjutnya, sampai terbagi menjadi 8 tim dengan diberikan pimpinan pada tim mereka masing masing. Dan seolah mendapat keberuntungan lebih, perempuan bersurai coklat muda itu tersenyum bahagia saat tahu bahwa dirinya tidak satu tim dengan sang putra mahkota.

Ternyata, dalam tim ini terdiri atas empat orang. Padahal sebelumnya Jendral membentuk tim seolah ada tiga orang dalam satu timnya.

"Syukurlah," Saireen membaringkan tubuhnya di pasir halus ini. Menatap langit langit yang cerah bagaikan suasana hati nya hari ini.

"Aku dengar, satu tim berisi lima orang, tambahannya berupa anggota medis." Saireen melirik kearah sepasang perempuan yang sekiranya masih berumur dibawahnya berjalan sembari mengobrol.

"Oh, ada tambahan? Ganjil ya?" Saireen bermonolog sendiri, sampai akhirnya matanya terpejam. Mengabaikan suara sekitar yang seperti sengaja mengganggunya.

DUG

"OY, INI SAKIT BODOH!" Saireen terduduk dengan posisi kedua matanya masih terpejam, mengusap dahi nya yang seperti terkena batu besar---lebay memang. Mengabaikan orang yang mengikutinya dari belakang, Saireen terus berjalan dengan matanya yang tertutup.

"Insting ku memang tidak bisa dianggap re---"

DUG

Saireen menghela nafas, astaga cobaan apalagi untuk dahinya? Bahkan sepertinya alam pun tidak setuju jika segel sialan itu tercetak jelas di dahi mulusnya.

"Berjalanlah dengan hati hati, bodoh." Suara yang terkesan dingin itu masuk menembus gendang telinga Saireen. Kedua kelopak nya lantas terbuka, menatap kearah samping saat tahu bahwa orang yang mengatakan dirinya bodoh ada disini, dihadapannya.

Laki laki dengan rambut hitam legam yang menutupi setengah wajahnya masih menatap Saireen dengan serius. Entahlah, atau mungkin tatapan itu memang tatapan khasnya di suasana apapun.

"Kau siapa?"

Sebelum laki laki dihadapan Saireen membuka suaranya, sesosok gadis yang Saireen kenal datang menghampirinya dengan ceria.

saireen : to eternal peaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang