20. Strategi

87 43 101
                                    

Bab 4 :: BUKAN SUNGGUHAN
.
.
.

Kini, semua kapten tim beserta wakilnya sedang berkumpul di aula yang menjadi tempat pertemuan organisasi perdamaian beberapa saat lalu. Saat dimana seorang reinkarnasi lain datang menghampiri terlebih dahulu.

Berbagai suara entah itu bisikan ataupun bukan terdengar begitu jelas. Membicarakan tentang strategi yang akan dilakukan untuk peperangan dua hari lagi. Kabar yang sangat mendadak, hingga detik itu juga seluruh tim segera berangkat menuju aula Kerajaan.

Sedangkan yang tidak hadir ke aula, seperti---para anggota tim, pasukan pengawal, pengintai dan keamanan saling membantu untuk mengevakuasi warga. Dibeberapa kota negara ini, yang sekiranya akan terkena dampak perang lusa langsung di evakuasi.

Di meja berbentuk kotak yang terdapat empat puluh kursi sudah terisi penuh oleh para tamu dari dalam negeri maupun luar negeri.

Sebuah suara mengintrupsi mereka, dan membuat fokus mereka teralihkan pula.

Sang pemimpin negri mengusulkan pendapatnya, tentang strategi peperangan yang menurutnya cukup untuk memenangkan peperangan itu. Lalu, setelah sang pemimpin undur diri, berbagai masukan pun terdengar jelas. Bahkan, sampai ada yang berteriak dengan lantang karna pendapatnya ditolak mentah-mentah.

"Bajingan, aku itu sudah berpengalaman!" Pria dari negara tetangga menarik kerah teman duduknya. Menatap kearah pria dengan raut datar serta mata melotot.

"Walaupun kau sudah berpengalaman, strategi perang yang sudah pernah digunakan sebelumnya belum tentu akan menghasilkan hasil yang sama!" Dengan sekali sentakkan keras pria itu bebas dari cengkraman pemimpin negara tetangga.

Kemudian, bisik-bisik pun kembali terdengar setelah hening beberapa saat.

"Aku setuju, memang strategi yang kau buat memiliki tingkat kemenangan yang tinggi." Salah satu tetua dari negeri ini berbicara, yang mana membuat pemimpin negara tetangga tersenyum sombong. "Tapi, itu dulu. Sekarang zaman sudah canggih, ada pistol dan juga bom. Apa mungkin strategi lama bisa menghasilkan hasil yang sama? Kurasa tidak bisa. Jika zaman sudah baru, mengapa masih memakai zaman lama?" Lanjut tetua itu, kemudian ia duduk. Menyeruput teh hangat khas Kerajaan milik Raja Boro dan Ratu Therina.

"Nah, maksudku begitu juga, Tetua! Sepertinya kita harus mengirim pasukan pengintai untuk memata-matai rencana Raja Kegelapan." Analoe mengangkat wajahnya setelah tadi menunduk karna lelah berdiri. Ia menatap pria dari negara tetangga dengan tatapan tajam.

"Tidak bisa! Aku menolak!" Ucapnya dengan lantang. Analoe yang tadinya berdiri di tepi dengan nenyandar ke dinding segera melangkahkan kakinya.

"Resiko nya sangat besar, aku tidak mau pasukanku mati sia-sia sebelum peperangan dimulai." Analoe berujar tegas, tak mengindahkan tatapan tajam Jendral Onell yang merupakan atasan Analoe.

"Mati sia-sia? Bukankah pasukanmu akan mati dalam nama kematian yang bagus? Mengorbankan nyawanya untuk memata-matai rencana musuh." Pria tadi berucap lagi, membuat Analoe mengeratkan rahangnya.

Tangannya yang ia letakkan kebelakang sudah berada di depan, seraya memegang sebuah tali yang mengandung tenaga listrik ber-volt tinggi. Jangan tanya asal listrik itu darimana, tentu saja dari dalam diri Analoe yang ber-elemen listrik---campuran dari tiga elemen.

"Percuma kalau aku mengirimkan pasukanku jika mereka tidak bisa membawa kabar kepadaku karna mati ditempat, bodoh!"

Para tamu segera memasang kuda kuda. Sebagian orang kepercayaan pemimpin negara negara organisasi perdamaian berdiri melindungi pemimpin negara mereka. Memantau pergerakkan Analoe yang terkenal cekatan.

saireen : to eternal peaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang