Saireen terus berlari tanpa berhenti. Perempuan itu juga menghadap kedepan tanpa menoleh kebelakang. Hingga sebuah kegelapan membuat dirinya terhenti, dan menatap kearah langit.
Apa itu meteor? Ah, tidak tidak. Meteor bukan berwarna biru, jadi apa...
"Kakak!" Seru Saireen. Ia ingat, sangat ingat. Zho lah satu satunya laki-laki yang bisa mendorong sebuah benda sebesar dan sejauh ini.
Lalu Saireen berlari kearah yang berlawanan. Ia mengejar bola besar itu, dan setelah sampai didepannya, Saireen segera mengeluarkan api biru dari tangannya.
BOOM!
Suara ledakan itu tidak keras, tapi mampu membuat para burung yang hinggap berterbangan. Kelompok yang dipimpin oleh Atlas itu menghampiri Saireen, bertanya apakah perempuan tersebut terluka atau tidak.
"I-ini jebakan. Ini bukan ledakan yang sesungguhnya. Raja Kegelapan pasti akan membuat gumpalan bola seperti tadi namun benar benar akan meledak dengan kencang, b-bahkan aku yakin bahwa ledakan itu bisa menghancurkan negara kita." Ucapan Saireen memelan diakhir.
Tanpa menunggu apapun, Orion segera menarik satu tangan Saireen. Mereka berdua berlari beriringan menuju medan perang diikuti yang lainnya.
Suara gemuruh dan rintikan hujan masih menjadi latar belakang peperangan ini. Ditambah langit yang mulai terang namun gelap. Ya, ini sudah pagi. Tapi peperangan belum selesai.
Pedang yang diletakkan dipunggung Saireen nampak mengganggu sang empu punggung karna beratnya yang lumayan walaupun bentuk pedang itu tidak besar.
Atlas yang pertama menginjakkan kaki diantara mereka. Ia dan sang istri, juga putra mereka---petter, Phyre dan Naomi berdiri paling depan di arena pertempuran. Disusul oleh Saireen yang tangannya masih digenggam oleh Orion.
"Bantuan, huh?" Sang Raja Kegelapan sedikit berteriak. Wajahnya tertutupi oleh sebuah topeng polos berwarna hitam. Segala yang pria itu kenakan bernuansa hitam, terkecuali matanya yang berwarna abu.
"Saireen..."
"Sasha?"
"Akhirnya, dewi..."
"Saireen!"
"Pahlawan kita sudah datang!"
"Akhirnya tokoh utama kita datang,"
Suara gumaman dan lirihan yang menyambut kehadirannya terdengar jelas oleh indra pendengarannya. Hanya saja, ia tidak berani menoleh kebelakang. Melihat orang orang tersayangnya terluka, terlebih Zero. Ia sungguh tidak becus menjaga Tuannya. Sepertinya ia akan mengundurkan diri, dan ya... itu akan lebih baik daripada Zero terus menerus tersakiti secara bathin ataupun fisik karenanya.
Saireen menghela nafas. "Aku tidak tahu apa yang kau inginkan. Alasanmu yang ingin menguasai dunia tidaklah masuk akal. Para Dewa dan Dewi tidak akan pernah mengizinkan mu melakukan itu. Jadi, pulang dan kembali ke asal mu!" Ucap Saireen, ia berteriak dalam ucapannya sampai otot otot lehernya keluar begitu saja.
"Pulang? Bahkan, aku belum menyentuh pedang ku." Saireen dengan reflek menarik pedang suci yang sedang dibicarakan hingga keluar dari sangkarnya. Sang Raja Kegelapan menyeringai, bahkan tanpa disuruh pun Saireen menunjukkannya.
Saireen sudah memasang posisi, bersiap menyerang sang Raja Kegelapan. Begitupula yang lainnya yang kembali bertarung akibat pasukan Raja Kegelapan yang masih bersih alias belum terluka muncul dihadapan mereka.
Para ketua klan dan anggota klan yang terpilih untuk terjun kesini segera menyerang dan terus menyerang tanpa memberi jeda walau nol koma satu detik pun. Pasukan militer dari berbagai negara yang masuk dalam organisasi perdamaian dunia ikut membantu penyerangan. Bagaimanapun, walau tempat peperangan kali ini bukan milik mereka, tapi mereka tetap harus bertanggung jawab nanti setelah peperangan usai.
KAMU SEDANG MEMBACA
saireen : to eternal peace
Fantasybagi Saireen, kedamaian yang abadi adalah segalanya. tidak ada yang lebih penting daripada membuat seluruh kejahatan dan peperangan musnah dari alam semesta. juga, tidak ada yang lebih penting lagi, selain membuat takdir bertekuk lutut dalam kendali...