warning, chapter ini mengandung timeskip.
.
.
.Sudah dua bulan semenjak Saireen menerima segel itu. Segel yang membuat dirinya terpaksa memakai sebuah bandana melingkar, yang untungnya dapat menutupi segel tersebut. Di sisi lain, ia juga merasa kesal, karna sang Tuan nya malah mengambil kesempatan dalam kesempitan atas apa yang terjadi. Ya, dengan status nya yang saat ini adalah pelindung anggota keluarga kerajaan, lelaki yang berumur 2 tahun lebih tua dari Saireen itu sering kali dengan sengaja melengahkan diri ketika musuh tiba tiba datang ke tempat yang mereka pijaki.
Lelaki munafik! Dua kata yang mampu menggambarkan Zero dimata Saireen.
Selain munafik, ia juga menyebalkan.
Dan juga licik.
Dan kasar.
Dan dingin.
Dan tampan.
Eh? Apa yang sedang dipikirkan oleh Saireen saat ini? Perempuan itu menggeleng sebagai tanda bahwa dirinya harus sadar saat ini juga.
"Apa ada yang mengganggumu, Sasha?" Zho bertanya, sambil terus fokus kedepan untuk melepaskan anak panahnya agar tepat pada sasaran.
"Ya, ada. Tapi itu sedikit."
Saireen bangkit, mengambil peralatan memanahnya lalu berdiri dan berjalan menuju tepat kosong yang bisa ia gunakan untuk berlatih panah. Selama ini, ia hanya menggunakan pisau kecil dan beberapa alat tembak modern lainnya yang ia peroleh dari Jendral pasukan kerajaan ini.
"Baiklah, aku akan mencobanya." Dengan seutas senyum singkat, ia merenggangkan tali pada busur, bersiap untuk melepaskan panah nya.
Sang Jendral saat ini sedang melatih beberapa pasukan, bahkan putra-putri kerajaan pun sampai turut serta kelapangan. Dengan Zero beralasan ingin berlatih lebih keras, agar tidak merepotkan Saireen. Dan dengan Kaleya yang beralasan ingin mencoba bermain anak panah. Sang Jendral yang bernama Onell itu mengalihkan pandangannya kearah Saireen, memperhatikan perempuan itu apakah ia memiliki bakat di bidang seperti ini atau tidak.
Saat hitungan ketiga sudah di mulai dalam batin Saireen, sebuah tepukan di bahu nya membuat ia melepaskan anak panah sebagai gerakan reflek akibat terkejut. Tapi tak apa, ia tau bahwa tembakan dari nya itu tidak akan meleset.
"Ah! Kau mengganggu ku, Zero." Saireen menatap manik mata laki laki dihadapannya. Sepertinya, hanya Saireen lah perempuan yang berani menatap langsung mata lelaki tersebut selain sang anggota keluarganya sendiri.
"Maaf, aku tidak sengaja." Zero berlalu, meninggalkan Saireen dengan raut tenangnya. Namun, tak menangkis pula bahwa ia tengah menahan kesal.
Di sebrang sana, ada sang Raja dan Ratu yang tengah menikmati pemandangan didepan mereka. Samar samar, Saireen melihat keduanya tertawa saat Saireen terlihat seperti sedang menahan kesal kepada putra mereka.
"WAHHH, KAKAK! AKU BANGGA PADAMU!" Jeruby berlari dengan raut bahagia, berhamburan memeluk kakak tercintanya itu.
"Ada apa?" Saireen sepertinya belum peka atas kejadian barusan. Bahkan, sang Jendral yang terkenal galak serta cuek pun menganga tak percaya.
"Perempuan itu benar benar memiliki bakat nya!"
"Lihat!" Jeruby menunjuk kesalah satu papan berbentuk lingkaran. Saireen menoleh, lalu bibirnya mengatakan woah tanpa suara.
"Kau berhasil! Padahal keadaannya kau sedang terkejut karna laki laki menyebalkan itu." Jeruby memelankan suaranya. Tatapannya yang tadi berbinar lekas menunjukkan tatapan muak nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
saireen : to eternal peace
Fantasybagi Saireen, kedamaian yang abadi adalah segalanya. tidak ada yang lebih penting daripada membuat seluruh kejahatan dan peperangan musnah dari alam semesta. juga, tidak ada yang lebih penting lagi, selain membuat takdir bertekuk lutut dalam kendali...