Suara yang berasal dari balik semak membuat para pasukan keamanan dan pengintai semakin waspada. Di malam yang dingin, ditambah suasana yang mencekam. Perpaduan yang cocok untuk mengetahui siapa yang menyebabkan para pasukan memasang kuda kuda.
Semakin terdengar suara itu, maka semakin terasa juga hawa mencekam. Serangan-serangan kecil mulai dilakukan oleh musuh. Membuat pasukan yang ditugaskan untuk menjaga dan mengawasi itu melawan. Berusaha mempertahankan posisi agar para musuh tidak memasuki area tempat perkumpulan para tim.
Suara pedang, pistol, pisau dan panahan pun mulai terdengar. Dari balik tenda, para anggota tim sudah bangun dengan kondisi waspada. Menunggu komando dari kapten masing masing.
Memang sangat bagus di waktu istirahat penyerangan dilakukan. Terbukti dari beberapa anggota tim menguap karna mengantuk. Namun, mereka tidak bisa diam saja diatas ranjang. Ini sudah sama seperti menjalankan misi. Bertahan dan melawan yang dibutuhkan saat ini.
Tirai yang tertutup rapat karna ada retsleting terbuka. Menampilkan wajah wajah mengantuk yang terlihat tetap tegar.
Disamping itu, Saireen yang merupakan wakil tim tiga sudah menginjakkan kakinya diperbatasan. Dirinya memilih untuk tidak melawan para musuh yang datang ke tempat mereka berada. Dan memilih untuk menghampiri langsung dalang dibalik ini semua.
Instingnya mengatakan bahwa dirinya harus menuju perbatasan. Perbatasan kali ini yang dimaksud adalah tempat waktu ia sedang menikmati senja dan bulan. Tempat dimana pertemuan dirinya dengan sang Putra Mahkota dari Kerajaan Kegelapan.
Di tepi jurang, berdiri sosok laki-laki dengan pakaian serba hitam, dan juga mahkota yang pria itu gunakan. Sedangkan Saireen terus melangkah dengan mengendap-endap. Satu tangannya sudah memegang anak panah beserta busurnya. Bersiap melepas-landaskan anak panah kesayangannya.
"Halo Nona Zephyrine." Sapaan tersebut membuat Saireen mengeratkan genggamannya pada anak panah beserta busurnya.
"Oh? Apa aku harus menyapa mu dengan panggilan Nona Shavelona juga?" Sosok pria itu kini sudah berdiri dengan menghadap Saireen. Membuat nada ejekan pada panggilan akhir yang pria itu buat.
"Apa yang kau mau, Tuan?!" Saireen berucap dengan rendah. Tersirat akan emosi yang haus untuk segera dikeluarkan.
"Sangat sarkastik. Mengapa putra ku memilihmu untuk dijadikan pasangan hidupnya?" Pria itu menatap Saireen dengan tatapan menilai.
"Jaga pandanganmu!" Ucap Saireen, sembari mengangkat busurnya yang sudah melekat dengan sang anak panah.
Suara yang dihasilkan oleh lepasnya anak panah itu terdengar begitu cepat. Layaknya kecepatan cahaya yang tidak terhitung berapa kecepatannya untuk melintas.
Tangan sang pria terangkat. Membiarkan anak panah itu menembus tangannya. Kemudian, yang terjadi selanjutnya cukup membuat Saireen sangat waspada. Tubuh kekar musuh didepannya menghilang bagaikan debu yang tertiup angin. Sebenarnya, kekuatan apa itu? Dan, klan atau marga apa yang dengan lapang dada menerima pria yang merupakan pemimpin dari istana kegelapan?
"Kau mencariku, huh?"
Saking dekatnya pria itu berbicara, Saireen sampai dapat merasakan nafas sang pria tepat di telinga kirinya. Saireen tahu, jika pria itu sudah mengukung tubuhnya. Bahkan, Saireen dapat merasakan ujung benda runcing menempel di leher depannya.
Sialan, ia harus bebas!
"Aku bisa membunuhmu kapanpun aku mau." Ucapnya pedas. Saireen sama sekali tidak mengkhawatirkan ucapan itu, karna yang terpenting sekarang adalah, bagaimana cara dirinya untuk menjauhkan benda tajam itu dari lehernya. Ia juga merasakan cairan menetes dari lehernya, yang ia yakini bahwa itu darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
saireen : to eternal peace
Fantasybagi Saireen, kedamaian yang abadi adalah segalanya. tidak ada yang lebih penting daripada membuat seluruh kejahatan dan peperangan musnah dari alam semesta. juga, tidak ada yang lebih penting lagi, selain membuat takdir bertekuk lutut dalam kendali...