7. Serangan Dini Hari

207 144 88
                                    

Dini hari pukul empat pagi tepat, seluruh tim sudah diutus untuk mendapatkan kertas rahasia itu. Beberapa mungkin ada yang terlihat semangat, tapi ada juga yang terlihat tidak semangat. Mungkin, karna kurangnya kekompakan yang terjadi diantara mereka, hingga membuat tidak adanya kenyamanan yang sangat amat penting.

Melewati berbagai ranting pohon yang berjatuhan ditanah, menginjak benda tajam peninggalan perang bertahun-tahun lalu yang menyembul dari dalam tanah, dan banyak lagi.

Keluhan mulai terdengar saat yang lemah tidak ingin bangkit, sebagian tim mengalami hal itu, termasuk pada tim 8 dimana gadis bermata kucing itu menghela nafas, menatap anggota tim nya yang terjatuh akibat tidak lihat jalan.

Rasanya, Jeruby ingin sekali mengangkat tubuh loyo itu dengan kasar. Tapi mengingat bahwa dirinya hanya anggota, yang artinya sama derajat nya dengan laki laki didepannya ini, harus ia urungkan niat tersebut.

Walaupun dia adalah anggota klan bangsawan, tak dipungkiri bahwa di kamus keluarga kolot nya itu tidak boleh berperilaku kasar jika tidak ada yang memancing dahulu. Apa laki laki lemah yang jatuh dihadapannya ini termasuk kedalam yang memancing dahulu? Jika iya, Jeruby benar-benar akan melakukan niat nya tadi, yang sempat tertunda.

"Kau lemah," Sindiran dari Jeruby berhasil membuat laki laki itu menunduk takut. Sedangkan kakinya, sedang diobati oleh wanita berambut pendek berwarna coklat. Jiu namanya. Terlihat seumuran dengan salah satu pelayan di istana tempat ia dan kakak serta adiknya tinggal. Mungkin akan cocok jika wanita dibawahnya ini mendaftarkan diri sebagai calon pelayan istana, itu hanya opini nya.

Seakan tahu dengan apa yang dipikirkan murid nya, sang kapten alias pemimpin tim 8 berjalan menuju Jeruby. Mengacak pelan surai coklat tua bergelombang itu, mengakibatkan decakkan serta kekehan muncul secara bersamaan.

"Kau itu anggota klan bangsawan, tidak baik jika mendecak seperti itu." Larangan yang terlontar dari kapten mereka membuat wanita berambut coklat menggelengkan kepalanya.

"Kakak juga berdecak seperti itu! Tapi kenapa hanya aku yang diberi peringatan?!"

"Ah, kakak mu Saireen? Jika itu dia, aku sudah tidak heran." Lalu suara tawa terdengar begitu kencang, bahkan burung yang hinggap di pohon pun sampai terbang.

"Kenapa?" Tanya Jeruby.

"Dari tampang nya pun sudah terlihat jika dia sangat suka melanggar sesuatu, dan melakukan hal semaunya." Jeruby langsung mengangkat salah satu alisnya. Tidak setuju dengan apa yang---Zetshe---kaptennya katakan, walaupun kakaknya memang suka berdecak.

Apa apaan ini? Kakaknya adalah seorang heiress dari salah satu klan bangsawan, dia adalah wanita dengan penjunjung tinggi kesopanan, harga diri bahkan kelakuan sekalipun. Apa pria dihadapannya ini juga meremehkan pelayan khusus yang mendidik seorang heiress di keluarganya? Apa se-tidak suka itukah orang orang kepada kakaknya yang merupakan reinkarnasi dari dewi?

"Jangan berucap seolah kau tahu tentang kakak ku, tentang diriku, tentang keluarga ku bahkan tentang klan ku!" Jeruby menekankan setiap katanya, membuat keadaan menjadi hening seketika sampai sang wanita selesai memberi salep ke luka gores muridnya.

"Sudahlah, ayo lanjutkan perjalanannya."

Lihat, bahkan si tua bangka itu tidak meminta maaf atas apa yang dia katakan tentang kakak nya tadi.

Menyebalkan!

Jeruby berjalan dibelakang, menatap sinis laki laki yang berdiri disampingnya sembari terus menunduk.

"Tidak lelah menunduk? Kau terlihat seperti babu terlebih pakaian mu yang kotor karna tersandung tadi." Jeruby membisik pelan, menatap datar laki laki yang diketahui bernama Unya itu.

saireen : to eternal peaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang