warning, chapter ini mengandung alur mundur.
.
.
.Menjadi seorang pewaris memang tidak semudah yang dibayangkan. Walaupun mendapat kekuasaan yang diatas para bawahannya, setidaknya tidak semua para heiress akan senang mendapat gelar itu didalam klan atau keluarganya sendiri.
Melakukan berbagai hal dan harus mendapat hasil yang sempurna. Menumbangkan pohon dengan kekuatan mata nya, menghancurkan batu menggunakan kekuatan tangannya, lalu melatih pengontrolan diri agar sang reinkarnasi tidak bisa mengendalikan seluruh fisik dan batin wadah nya, berjalan diatas satu buah bambu yang diletakkan diatas danau sembari membawa buku dikepala, makan dengan tubuh yang tegak dan tidak terlalu menunduk, bahkan posisi untuk tidur pun sudah diatur.
"Saireen, kau seorang pewaris. Seharusnya kau lebih kuat daripada adik mu," Ucapan pamannya benar benar menusuk hati nya. Ia sempat mendengar sebuah seringaian sombong dari Loive, lawan latihannya kali ini.
Bagaimanapun, ia adalah seorang heiress yang tidak bisa digantikan oleh siapapun. Jika dirinya menjadi seorang heiress yang lemah, maka kemungkinan yang terjadi adalah masalah diplomatik antar klan. Membayangkannya saja sudah membuat ia menahan nafas sesaat, sebelum akhirnya sebuah suara kembali menyadarkannya.
"Sasha, berjuanglah! Tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi mu!" Seruan semangat yang berasal dari kakak sepupunya membuat Saireen tanpa sadar mengembangkan senyuman manisnya.
Benar benar manis, sampai seorang pelayan laki laki yang lewat hampir terjungkal karna terlalu fokus dengan pesona sang pewaris Zephyrine.
Saat itu, Saireen masih berumur sembilan tahun. Menjadi yang terbaik di mata dunia bukanlah hal mudah mengingat umurnya yang bahkan masih dibawah sepuluh tahun.
"Baiklah, aku akan serius kali ini." Saireen memfokuskan diri, mengunci pergerakkan sang adik bungsu dengan mata nya yang sudah berubah menjadi putih perak. Mata yang menjadi ciri khas klan nya ini sangat amat berguna.
DUGH
SET
SET
PLAK
BRUK
Hingga ringisan terdengar. Saireen benar benar serius dalam ucapan nya. Disana, dihadapannya, sang adik sudah terduduk lemah sehabis berbenturan dengan pohon. Pelipisnya mengeluarkan darah, begitupula dengan hidungnya. Sesaat, Saireen terbawa akan suasana. Merubah tatapannya menjadi semula, lalu tiba tiba Loive menyeringai kearahnya.
"Kau terlalu muna!" Dan saat itu lah Saireen menjadi pribadi yang tegas. Ia, sudah berhasil mengalahkan adiknya sampai si bungsu Zephyrine itu babak belur. Saireen benar benar diluar dugaan. Perempuan itu bahkan menjadi jauh dari kata lemah yang biasanya ditujukan kepadanya oleh para si bodoh itu.
Dan sejak itu lah juga, ia akan lebih mementingkan perasaannya daripada ego nya. Ia menyesal. Ternyata, mengalahkan sang adik belum membuat para tetua puas. Semakin dirinya berhasil, mereka seolah menginginkan lebih.
"Kau harus bisa menjadi peringkat satu di kelas mu."
"Kau harus lulus ujian dengan nilai terbaik."
"Kau harus menghadiri undangan dari negara tetangga."
Dan yang terakhir,
"Kau harus bisa mengalahkan Zho,"
Sungguh diluar nalar nya. Saireen tentu saja tidak bisa mengalahkan kakak sepupunya. Ia adalah salah satu orang yang paling dirinya sayang. Susah untuk menyakiti laki laki sebaik Zho tanpa alasan yang pasti. Terlebih alasan kali ini adalah, 'agar kami bisa tahu sejauh mana heiress yang satu ini bisa bertahan tanpa luka sedikitpun'.
KAMU SEDANG MEMBACA
saireen : to eternal peace
Fantasybagi Saireen, kedamaian yang abadi adalah segalanya. tidak ada yang lebih penting daripada membuat seluruh kejahatan dan peperangan musnah dari alam semesta. juga, tidak ada yang lebih penting lagi, selain membuat takdir bertekuk lutut dalam kendali...