4. Perlawanan

271 192 155
                                    

Zho berdiri dibelakang Saireen. Mereka berdua membentuk formasi dimana keduanya saling melindungi dari musuh yang selalu menyerang. Sedangkan sang Jendral, melawan beberapa musuh sendirian tak jauh dari posisi Saireen dan Zho.

Melihat musuh yang sudah berjatuhan, Saireen lantas berlari ke sebuah gubuk kotor tempat sang Raja disembunyikan disusul oleh Zho dan Jendral. Oh sungguh tidak elit sekali tempat penculikan sang Raja yang notabene nya adalah pemimpin.

"Sangat kotor." Ucap Saireen, sembari menutup hidungnya.

Ruangan gelap dengan lampu yang terbatas membuat Saireen terkadang tersandung akibat tidak dapat melihat sekitar dengan jelas. Karna kesal, perempuan itu mengaktifkan mata berwarna putih perak nya yang memiliki fungsi lain selain melawan secepat kilat.

Sang Jendral nampak terkejut melihat perubahan Saireen yang tiba tiba. Pria itu kira, Saireen adalah sebuah hantu penghuni dari gubuk kotor ini. Zho melirik sebentar, lalu kembali fokus kearah depan hingga tak sengaja ia melihat presensi tubuh besar seseorang berada di sudut ruangan.

"Ada disana!" Tunjuk Zho, kearah penampakan yang ia lihat tadi. Sang Jendral mengangguk, menyalakan sebuah senter kecil lalu mengarahkannya ke sudut ruangan.

Disana, ia dapat melihat dengan jelas jika sang Raja sedang disekap mulutnya dengan menggunakan kain. Lalu di sampingnya, terdapat seseorang yang ia kenali. Itu seperti... partner bisnis sang Raja. Tanpa menunggu, Jendral segera mengangkat tubuh keduanya dan merangkul bahu mereka disisi tangan kanan dan kirinya. Saireen nampak bingung karna memikirkan kuda milik sang Jendral yang mungkin tidak akan kuat membawa tiga orang pria dewasa sekaligus.

"Jendral, apa kuda mu bisa membawa kalian bertiga? Uhm---MAKSUDKU apa kuda mu itu sanggup?" Saireen bertanya sembari berteriak di satu katanya. Sang Jendral berhenti tepat didepan pintu gubuk itu. Menoleh kearah Saireen lalu menggeleng pelan.

"Sepertinya tidak," Lalu tatapannya beralih kearah Zho yang sedaritadi diam.

"Ada apa?" Tanya Zho, sembari memasukkan kedua tangannya kedalam kantung celana nya.

"Bawa pria ini bersama mu, aku akan membawa Yang Mulia Raja. Tolong dimaklumi karna kuda ku bukanlah gajah." Zho membulatkan kedua matanya saat dengan santainya sang Jendral menyerahkan pria itu kearah Zho. Padahal, Zho belum mengucapkan persetujuan apapun.

"Tidak apa, kau pasti bisa." Saireen tersenyum singkat kemudian meninggalkan Zho yang berjalan tertatih-tatih akibat tubuh besar yang sedang dibawa nya.

"Ah sungguh merepotkan." Gumam Zho.

"Jendral, apa Yang Mulia Raja baik baik saja?" Tanya Saireen khawatir. Tetapi, dimata Jendral berjenggot itu, pertanyaan Saireen hanyalah pertanyaan kosong yang tidak mengandung arti.

"Baik, jika tidak pasti nafasnya sudah berhenti." Ucap Jendral asal.

Saireen mengangguk lalu membantu Jendral itu untuk dapat mengangkat Raja Boro keatas punggung kuda milik sang Jendral yang berwarna hitam. Kemudian Saireen beralih kearah sang kakak sepupu, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan dirinya ke kapten barusan. Setelah selesai, barulah Saireen menaiki kuda kesayangannya dengan perlahan. Selain takut jatuh, ia juga takut melukai salah satu kesayangannya ini. Sebelum itu, Saireen menoleh kearah gubuk tadi, ia merasa seperti ada yang aneh karna merasakan hawa berbeda dari yang tadi.

Tidak melihat sang adik disebelahnya, Zho lantas menoleh kebelakang dan mendapati Saireen yang sedang memperhatikan gubuk tua tersebut.

"Saireen, ayo cepat!" Zho sedikit meninggikan nada suaranya, Saireen menoleh lalu tersenyum ceria. Menghentakkan tali kudanya dan berakhirlah dirinya sudah berada tepat disamping Zho.

saireen : to eternal peaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang