Chapter 3🥥

1.4K 135 4
                                    

Happy Reading !

***

"Anda duduk dan peluk Prilly."

Ali menganga mendengar ucapan suster Anna yang terbilang santai. Ingin rasanya Ali memakinya saat melihat wajah santai suster Anna. Tidak tahukah dia bahwa saat ini ia berusaha menahan debaran aneh jantungnya.

"Ehh nggak usah, aku bisa minum obat sendiri. Mana obatnya." Ucap Prilly

"Kamu yakin?"

"Ya--kin."

Ali memberi isyarat kepada suster Anna sementara ia langsung memeluk Prilly dari samping. Prilly segera meminum air minum setelah memakan obat yang suster Anna berikan.

"Huhh pahit sumpah." Keluh Prilly

"Namanya juga obat. Kalau manis ya sirup." Sahut suster Anna

"Saya pergi sebentar. Sebentar lagi jam makan malam, kalian bisa ke meja makan atau menyuruh maid untuk membawakan makanan kemari." Ucap Ali lalu pergi meninggalkan suster Anna dan Prilly yang cengo melihatnya

"Bisa ngomong panjang dia?" Ucap Prilly

"Ya bisalah, namanya juga manusia."

"Iya emang manusia sus, tapi dia itu beda dari manusia yang lain." Cicit Prilly

Suster Anna mengerutkan keningnya." Beda gimana?"

"Dia itu manusia es. Abis dingin banget dia."

"Kamu ini hahahaha."

Prilly meringis membayangkan jika Ali mendengar apa yang ia katakan. Mungkin besok ia sudah kehilangan pekerjaannya. Atau lebih parah lagi ia tidak bisa bekerja dirumah sakit manapun.

"Udah, kamu istirahat dulu." Ucap suster Anna setelah tawanya berhenti.

"Nggak bisa sus, saya mau liat nyonya Tania dulu. Dia pasti khawatir liat saya tadi."

"Tapi kamu masih belum pulih, prill."

"Prilly nggak ngapa-ngapain sus, cuman liat nyonya aja. Kasihan dia pasti sendirian dikamar."

"Saya antar."

Prilly mengangguk dan membiarkan suster Anna membawakan tiang infusnya. Ia menolak saat suster Anna menawarkan agar ia duduk di kursi roda. Prilly beralasan jika ia masih sanggup berjalan dan juga tidak ingin merepotkan suster Anna.

"Nyonya?" Panggil Prilly pelan

Ia bisa melihat raut ketakutan diwajah Tania. Dalam hati Prilly merasa bersalah karena membuat Tania ketakutan seperti ini. Tak seharusnya ia bercerita dengan sedikit berlebihan. Harusnya ia bisa mengendalikan emosinya didepan Tania. Setelah ini ia berjanji tidak akan melakukan hal seperti ini lagi.

"Maafin Prilly udah buat nyonya takut kayak gini. Maafin Prilly udah buat nyonya khawatir sama Prilly. Sekali lagi maafin Prilly nyonya." Ucap Prilly sembari mencium tangan kanan Tania

Tania menggeleng dengan air mata yang sudah mengalir deras. Berkali-kali Prilly meminta maaf dan berkali-kali juga Tania menggeleng. Suster Anna begitu terharu melihat interaksi kedua wanita ini. Meskipun mereka hanya sebatas majikan dan perawat, tapi suster Anna bisa melihat ada hubungan yang erat dan tulus diantara keduanya.

"T--tidak Pr--ill-y" Prilly tertegun mendengarnya, meskipun terbata tapi dia bisa mendengar jelas ucapan Tania.

"Alhamdulillah." Ucap Prilly dan suster Anna bersamaan

"Pasti tenggorokan nyonya masih sakit, jadi nyonya jangan banyak bicara dulu. Ada saatnya nanti nyonya belajar ngomong, tapi perlahan saja." Cerocos Prilly

My Life Journey (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang