Chapter 18🥥

1.4K 157 17
                                    

Judul telah diganti dan direvisi ulang( tidak ada banyak perubahan, hanya beberapa kata di setiap part)

Ngga suka ngga usah dibaca YESS!!! Dilarang ribet dan sebagainya oukeyy. Dan thanks buat yang udah mampir kesini. Enjoy

🥥🥥🥥

Ali mengetuk bolpoin beberapa kali  ditengah kebingungannya. Bingung karena sampai saat ini dia masih belum bisa membawa istrinya pulang. Sementara mamanya sudah menjelma menjadi ibu-ibu cerewet yang menyuruhnya untuk segera menjemput Prilly. Bukan dia tidak mau, melainkan Prilly yang sudah beberapa kali menolak mentah-mentah ajakannya.

Ketukan bolpoin di mejanya terhenti saat ada seseorang yang memasuki ruangannya. Ali bersiap memaki orang itu karena menganggu pikirannya yang sudah hampir menemukan solusi untuk masalahnya ini. Namun saat melihat siapa orang itu, Ali langsung mengurungkan niatnya.

"Apakah kedatangan saya mengganggumu?"

Ali menegakkan tubuhnya lalu menghampiri orang tersebut." Ah tentu tidak, dad. Silahkan duduk."

Denandra langsung duduk di sofa ruang kerja Ali, membuat Ali paham maksudnya. Jika sedang membicarakan masalah pekerjaan maka mereka akan membicarakannya di kursi kerja. Sedangkan kali ini, sepertinya Denandra ingin membicarakan masalah pribadi yang entah apa itu.

"Bagaimana kabar Daddy?" Ucap Ali memulai pembicaraan.

Denandra mengangkat sebelah alisnya." Menanyakan ku atau putriku eh?"

Ali tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia lupa jika Denandra adalah sosok yang peka, tak seperti dirinya.

"Bagaimana bisa kau menanyakan bagaimana kabar Daddy, sedangkan setiap hari kita bertemu." Ucap Denandra membuat Ali cengengesan. Memang benar setiap hari mereka bertemu karena sebuah proyek.

"Daddy tau aja."

"Karena Daddy peka. Bagaimana kabarmu sendiri selama dua Minggu ini tanpa Prilly?"

Denandra ini selalu saja membuatnya salah tingkah. Terhitung sudah dua Minggu ini istrinya tidak kembali ke rumah. Bukan Ali tidak membujuknya. Tapi karena Prilly selalu menolak dengan alasan yang sama. "Tunggu, aku masih ingin bersama keluargaku disini." Sebenarnya Ali merasa sedikit tak terima karena sejak pernikahan mereka dulu Ali juga termasuk keluarganya, bukan?

Oh Ali merasa mengerti, istrinya itu masih marah karena sampai saat ini masih belum mendengar penjelasannya. Ali sendiri sudah berusaha menjelaskannya, tetapi Prilly sendiri yang selalu menolak. Entah karena apa alasannya. Tapi Ali melihat jika tatapan Prilly tidak se-marah seperti dulu.

"Alhamdulillah."

"Alhamdulillah cukup menyiksa." Lanjut Denandra membuat Ali terkekeh.

"Ali, sebenarnya ada sesuatu yang ingin Daddy tanyakan kepadamu." Denandra mengubah suaranya menjadi serius. Ini yang Ali tunggu sejak tadi.

"Bagaimana dengan keadaan perusahaan mu?"

"Alhamdulillah sudah membaik berkat Daddy, per-"

"Bukan, bukan berkat Daddy. Tapi berkat Prilly."

"Maksud Daddy?" Ucap Ali yang tak mengerti maksud perkataan Denandra.

"Sebenarnya, semua yang menyelidiki tentang kecurangan yang terjadi pada perusahaan mu adalah Prilly. Daddy hanya membantu sebagian kecil saja."

Ali terkejut bukan main, pasalnya ia tau Prilly adalah seorang perawat dan ini bukan bidangnya.

"Bagaimana bisa dad, Prilly adalah seorang perawat."

My Life Journey (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang