Chapter 31🥥

1.7K 173 48
                                    

Judul telah diganti dan direvisi ulang( tidak ada banyak perubahan, hanya beberapa kata di setiap part)

Ngga suka ngga usah dibaca YESS!!! Dilarang ribet dan sebagainya oukeyy. Dan thanks buat yang udah mampir kesini. Enjoy

🥥🥥🥥

"Adek, duh yang tenang ya sayang. Jangan gelisah gini, mama jadi ikutan gelisah sayang." Ucap Prilly sembari mengelus perutnya lembut.

Sejak beberapa menit yang lalu, bayinya tak henti-hentinya bergerak. Prilly sendiri bingung mengapa itu terjadi.

"Sttt kenapa nak, anak mama minta apa sayang?" Prilly melenguh saat gerakan bayinya semakin aktif. Kejadian seperti ini sering terjadi tatkala ia mengingat Ali. Tunggu, sepertinya memang itu yang bayinya inginkan.

"Iya sayang, semoga kakek segera berubah pikiran dan nggak marah lagi sama papa ya nak? Kamu pasti nggak sabar ketemu papa, kan?"

"I'm here, honey."

Prilly sontak mendongakkan saat mendengar suara berat yang selama ini ia rindukan. Apa ini mimpi? Oh jika benar ini mimpi, ia harap jangan ada yang membangunkannya dari mimpi indah ini.

"This isn't a dream, honey."  Ucap Ali seakan tau apa arti ke terdiam an Prilly.

Lelaki itu bergerak pelan menuju ranjang Prilly. Tentu saja, tidak mungkin ia langsung berlari sementara kondisinya saja belum sepenuhnya pulih.

"M-as." Panggil Prilly dengan bibir bergetar, lidahnya terasa kelu. Matanya kini berkaca-kaca. Inilah sosok laki-laki yang ia tunggu kehadirannya. Sosok laki-laki yang mengisi hatinya. Tidak ada seorangpun yang bisa menggantikan ia terlepas apa yang pernah dilakukan terhadapnya.

"Ya, ini aku sayang. Hug me, please." Ucap Ali sembari merentangkan kedua tangannya.

Tangis Prilly seketika pecah saat sudah dalam dekapan hangat Ali. Akhirnya ia bisa merasakan kembali rasa hangat ini.

"M-as."

Ali melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Prilly." No, sayang. Jangan menangis, aku sudah berjanji pada Daddy untuk tidak membuatmu meneteskan air mata lagi. Jika tidak, Daddy akan menghukum ku lagi."

Prilly mengangguk beberapa kali, ia kembali memeluk pinggang Ali. Kini posisi lelaki itu duduk di pinggir ranjang pasien Prilly.

"Maaf."

Hanya itu yang mampu Aku ucapkan setelah beberapa saat ia bungkam. Entah kalimat apa yang pantas ia ucapkan kepada Prilly. Rasanya, otaknya saat ini tidak dapat bekerja lagi.

"Ma-af."

"Nggak, aku nggak akan maafin mas."

Deg

Ucapan Prilly seakan menjadi cambukan untuknya. Ia tersenyum getir, mungkin memang ia tidak pantas mendapatkan maaf dari istrinya. Istrinya terlalu baik untuk mau memaafkan semua kesalahan yang menurutnya saja tidak pantas untuk dimaafkan.

"Aku nggak mau maafin mas kalau mas sendiri nangis kayak gini. Tadi mas bilang kalau nggak mau liat aku nangis. Dan sekarang mas sendiri yang nangis, jadi aku nggak mau maafin mas." Ucap Prilly sembari menyilang kan kedua tangannya di atas dada.

My Life Journey (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang