Happy Reading !
***
Senyum puas tercetak jelas di bibir Prilly saat melihat hasil karyanya di dapur tadi. Sebuah makanan yang ia masak khusus untuk suaminya. Rendang dengan tambahan beberapa masakan lainnya yang merupakan makanan kesukaan suaminya.
Tak banyak yang ia tau tentang apa yang tidak dan disukai dari suaminya. Dulu ia mempelajari sedikit tentang Ali saat ia masih bekerja merawat Tania. Karena saat itu tak jarang Ali memintanya untuk memasakkan makanan untuknya. Sedikit-sedikit ia bisa mengerti, ditambah pula mereka menikah sudah memasuki Minggu kedua.
Setelah memastikan semuanya siap, Prilly pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap. Berganti baju dan memoles sedikit wajahnya. Ia tidak suka make up yang terlalu tebal, karena itu bukan ciri khasnya. Outfit yang ia kenakan pun sederhana, tidak yang neko-neko.
Dia tidak memberitahu Ali jika akan mengunjunginya di kantor. Karena ia tau Ali sedang sibuk, mengingat jika Ali sempat mengatakan jika akan ada rapat besar bersama daddy-nya. Oh tentu dia tidak lupa jika mereka sedang menjalin kontrak kerjasama untuk membangun sebuah hotel baru yang ia sendiri tidak tau dimana. Tapi yang pasti hotel tersebut dibangun di luar negeri.
"Pak, ke kantor mas Ali."
"Baik non."
Sebelumnya dia sudah berpamitan pada Tania karena hari ini Tania memang tidak pergi kemanapun.
Sesampainya di kantor Ali, Prilly melangkah masuk. Jujur dia masih merasa takut masuk kedalam. Takut karena saat ia datang kemari sebelum pernikahannya dulu ia mendapat tatapan cemooh dari karyawan disini. Meskipun tidak semua, tapi itu cukup membuatnya tidak enak hati.
Saat ini sudah berdiri didepan meja resepsionis. Resepsionis yang bernama Sinta yang ia ketahui dari name tag yang wanita itu kenakan. Tatapan benci yang Sinta layangkan kepadanya cukup membuat Prilly gemetar. Dia tidak tau ada masalah apa wanita ini dengannya. Yang ia tau ia tidak pernah sekalipun mengusik hidup wanita itu.
"Selamat siang, saya ingin bertemu dengan pak Ali. Apakah beliau ada ditempat?"
"Selamat siang, pak Ali sedang sibuk dan tidak bisa diganggu." Jawabnya ketus, Sinta memutus tatapannya pada Prilly dan beralih menatap layar komputer.
"Tapi saya istrinya."
"Oh membawa status rupanya." Sinta mengangguk paham lalu berdiri dari duduknya dan menghampiri Prilly. Sinta melirik sekitarnya dan tidak ada yang memperhatikan mereka. Teman satu mejanya pun terlihat sibuk dengan pekerjaannya.
Prilly sedikit memundurkan langkahnya saat Sinta bergerak mendekatinya, dia tidak tau apa yang akan wanita itu lakukan kepadanya.
"Apa yang ingin kamu lakukan?"
Sinta mengangkat sebelah alisnya." Bukannya anda ingin bertemu dengan pak Ali, suami anda?"
"Y--ya benar."
"Lantas, mengapa nyonya Leonard ini terlihat ketakutan seperti itu? Saya hanya ingin mengantarkan anda menuju ruangan pak Ali, nyonya."
Prilly sedikit bernafas lega karena ternyata Sinta tidak berbuat macam-macam. Lagipula jika sampai wanita ini berbuat sesuatu yang tidak-tidak, dia akan berteriak karena banyak karyawan disini.
"Tidak perlu repot-repot, saya bisa kesana sendiri."
"Tidak nyonya, anggap saja ini permohonan maaf saya karena tadi bersikap tidak sopan kepada anda."
Prilly mengangguk saja walau dalam hati dia masih merasa takut dan ragu. Tapi tidak ada salahnya bukan, menerima tawaran Sinta.
"Baiklah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Journey (END)
Fiksi UmumKayla Aprillyana Aurora seorang perawat yang saat ini bekerja sebagai perawat seorang wanita paruh baya, ibu dari seorang CEO terkenal yang bernama Alivian Leonard. Jika ada dua orang lawan jenis disetiap harinya bertemu, pasti ada salah satu yang a...