Happy Reading !
***
Sejak pulang dari rumah sakit tadi, pandangan Prilly tak pernah lepas dari kotak yang Tania berikan kepadanya. Ia bingung harus membukanya sekarang atau besok saja karena saat ini sudah hampir pukul 11:00 malam, melewati batas jam tidurnya. Tapi rasa penasaran mengalahkan rasa kantuknya, ia turun dari ranjang lalu mengambil kotak itu yang terletak di atas meja rias.
Jujur, saat awal memasuki rumah ini ia dibuat berdecak kagum. Bagaimana tidak, rumah ini terbilang sangat besar dan juga terbilang mewah untuk dirinya yang tinggal sendirian disini. Tapi ternyata dugaannya salah, Ali sudah menyiapkan dua pembantu, satu satpam dan juga satu tukang kebun. Kamar ini memiliki dua lantai, dan juga dua kamar tamu, satu kamar pribadi dan beberapa kamar lainnya.
Kamar Prilly sendiri terletak di lantai dua dan ia hanya tidur sendiri di lantai atas sana. Kamar Prilly terbilang cukup luas dan lengkap. Ali memang sudah mengisi meja rias Prilly dengan berbagai macam kebutuhan seperti make up, skincare, dan yang lainnya yang ia rasa Prilly butuhkan. Prilly merasa semua ini terlalu berlebihan untuknya. Apalagi saat melihat berbagai pakaian yang menggantung di walk in closed sederhana miliknya. Sepertinya Ali sudah memperhitungkan betul tentang segala isi rumah ini.
"Apa isinya ya?" Gumam Prilly sembari melihat-lihat sisi kotak yang ia pegang.
"Ups kebuka, abis kepo sih." Prilly menyengir saat ia menarik pita kotak itu. Dengan perlahan dia membuka tutup kotak tersebut.
Prilly terdiam melihat isi kotak itu, ada sebuah gelang emas." Cantik sekali, ah terima kasih banyak, nyonya Tania." Gumam Prilly
Saat memakai gelang itu, matanya tak sengaja menatap sesuatu yang masih tergeletak di dalam box itu." Kartu? Kartu apa sih ini?"
"What? PLATINUM CARD." Refleks Prilly memekik saat melihat kartu apa yang ia pegang saat ini.
"Untuk apa nyonya Tania ngasih gue kartu ini, gue rasa ini terlalu berlebihan. Gue takut malah dikira manfaatin beliau lagi. Pokoknya gue harus balikin ini nanti, nggak boleh gue pake buat apapun." Ucap Prilly
"Surat?"
Hai Prilly ;)
Kamu buka kotak ini dirumah kan? Nggak nyuri-nyuri bacanya pas istirahat kan? Hehe nggak kok bercanda, saya cuman mastiin aja kalau kamu ingat pesen saya tadi. Saya cuma nggak mau kamu teriak pas liat isinya. Oh iya sebenarnya saya ingin kasih kamu liontin, bukan gelang itu. Tapi tak apa, karena dulu kamu pernah mengatakan saat orang tua angkat-mu menemukanmu dia melihat sebuah kalung berinisial yang sekarang kamu pakai bukan? Saya hanya tidak ingin kalung yang saya berikan itu nantinya menutup liontin milikmu. Saya hanya ingin kalung itu satu-satunya yang berada dileher kamu. Entah dapat keyakinan darimana, tapi saya sangat yakin jika suatu saat ada orang tua kandungmu yang mengetahui keberadaan-mu lewat kalung itu. Percayalah Prilly.
Dan satu lagi, untuk masalah kartu itu saya mohon kamu jangan mengembalikannya lagi kepada saya karena itu sudah milik kamu Prilly, hak kamu. Kamu boleh membeli apapun yang kamu inginkan saya tidak memberi pantangan apapun untuk itu. Dan kamu jangan khawatir, tagihan kartu itu tetap akan saya bayar atas persetujuan Ali. Dan asal kamu tahu, Ali sendiri yang menawarkan saya untuk memberikan kartu itu kepada saya dan Ali sendiri yang mendesain kartu itu, khusus untuk kamu Prilly.
Saya hanya berpesan, sering-seringlah bermain kesini, mau menginap juga boleh dan saya akan senang hati mendengarnya. Saya sangat merindukanmu dan para maid juga sama mereka merindukanmu, termasuk Ali."What, mas Ali ngangenin gue. Ini mimpi, pasti mimpi." Pekik Prilly dengan mengibas-ngibaskan surat yang ia baca ke wajahnya.
"Nyonya mah jangan bikin Prilly terbang dong. Ntar bilang gini buat nyenengin Prilly aja." Gumam Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Journey (END)
General FictionKayla Aprillyana Aurora seorang perawat yang saat ini bekerja sebagai perawat seorang wanita paruh baya, ibu dari seorang CEO terkenal yang bernama Alivian Leonard. Jika ada dua orang lawan jenis disetiap harinya bertemu, pasti ada salah satu yang a...