Happy Reading !
***
Sepulangnya dari restoran bersama Ali tadi, Prilly hanya duduk melamun di balkon kamarnya. Dia masih terngiang akan ucapan Ali tadi. Tidak, dia masih tidak percaya jika Ali mengutarakan perasaannya dan yang lebih mengejutkan lagi jika ia akan segera dinikahi oleh pria yang notabenenya adalah bosnya.
Prilly masih belum memberikan jawaban apapun, dia masih terlalu kaget. Prilly meminta waktu pada Ali selama dua hari untuk memikirkan ini semua. Tidak mudah baginya untuk langsung menjawab apalagi akan ada omongan miring mengenai hubungan mereka.
Ia sendiri bingung mengapa Ali mengajaknya langsung menikah. Padahal selama ini ia mengaggap Ali hanya sebagai bos atau terkadang teman, dan ia pikir juga Ali menganggap seperti itu. Pun lebih baik jika mereka melakukan pendekatan terlebih dahulu sebelum menjalin hubungan yang lebih serius. Dia juga sebenarnya memiliki perasaan terhadap Ali, tapi melihat sikap Ali yang seperti menyembunyikan sesuatu membuatnya merasa ragu.
"Aku nggak tau harus jawab apa besok. Jujur aku masih ngerasa bingung dengan situasi ini." Gumam Prilly, dia meremas buku yang sejak tadi ia pegang. Tidak, tidak dibaca karena sejak tadi fokus pikirannya berada ditempat lain.
" Ada apa sama kamu, mas? Kenapa aku ngerasa kamu ngelakuin ini karena ada sesuatu. Aku bingung dengan tatapan mata kamu. Aku gak bisa mengartikan sikap kamu. Ya, kamu memang mas Ali yang sama, yang aku kenal. Tapi aku ragu dengan langkah yang kamu ambil kali ini. Aku bingung harus seneng apa nggak, karena jujur aku juga mulai mencintai kamu. Maaf kalau aku lancang udah menaruh hati sama kamu."
Mata Prilly terbelalak kaget saat ia menyadari sekelilingnya bukan kamarnya sendiri. Tidak bodoh, ia tahu ini kamar milik siapa. Suasana kamar yang tenang dengan cat berwarna biru tua. Aroma maskulin yang menenangkan menyeruak di indera penciuman Prilly.
"Mas Ali?"
Ali yang baru keluar dari kamar mandi refleks menatap Prilly yang masih berada di atas kasurnya.
"Kamu sudah bangun?"
"Sudah, mas Ali yang bawa Prilly kesini?"
"Hmm."
"Maaf aku udah ngerepotin mas, pasti mas keberatan gendong aku kesini."
"Tidak. Jika kamu sudah merasa lebih baik, kamu bisa mandi disini. Karena kamarmu sedang di renovasi atas permintaan mama. Ingat, kamu jangan masuk kesana untuk saat ini karena disana banyak bahan material yang mungkin akan melukaimu. Saya menunggumu diruang kerja, ada yang ingin saya bicarakan denganmu."
Ali meninggalkan Prilly yang masih bingung menatapnya. Dia pikir ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan sesuatu yang selama ini dia simpan.
Setelah melihat Ali menutup pintu, Prilly segera berjalan menuju kamar mandi karena ia sangat penasaran dengan ucapan Ali tadi. Tapi langkahnya terhenti saat mengingat sesuatu, dia akan berganti dengan pakaian yang mana? Sedangkan Ali sendiri sudah mewanti-wanti dirinya agar tidak masuk ke kamarnya.
Lantas bagaimana dia mengambil baju ganti? Saat ini saja dia masih memakai pakaian perawat berwarna putih itu. Tidak mungkin juga ia mengenakan kemeja dan celana milik Ali. Hei, itu hanya ada didalam novel saja, Prilly.
"Ehem, kamu sudah bangun, nak?"
"Ehh nyonya, iya saya baru saja bangun."
Tania mengangguk, lalu menatap Prilly yang terlihat gugup." Kamu kenapa gugup gitu, prill?"
"Ahh en-nggak nyonya, saya hanya bingung karena saya tidak membawa baju ganti. Sedangkan saya harus mandi karena mas Ali ingin berbicara penting dengan saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Journey (END)
General FictionKayla Aprillyana Aurora seorang perawat yang saat ini bekerja sebagai perawat seorang wanita paruh baya, ibu dari seorang CEO terkenal yang bernama Alivian Leonard. Jika ada dua orang lawan jenis disetiap harinya bertemu, pasti ada salah satu yang a...