Chapter 16🥥

1.6K 162 19
                                    

Judul telah diganti dan direvisi ulang( tidak ada banyak perubahan, hanya beberapa kata di setiap part)

Ngga suka ngga usah dibaca YESS!!! Dilarang ribet dan sebagainya oukeyy. Dan thanks buat yang udah mampir kesini. Enjoy

🥥🥥🥥

Tatapan nyalang Ali yang dilayangkan kepadanya membuat Sinta menunduk takut. Dia tidak berpikir jauh saat itu karena yang ia pikirkan adalah memberi pelajaran pada Prilly. Dia merasa sakit hati karena Ali lebih memilih Prilly ketimbang dirinya. Padahal dari segi penampilan, dia terlihat lebih menarik.

Saat Ali bersama Clara dulu dia merasa tidak terlalu perduli seperti ini, karena dia masih tau batasan jika dia adalah seorang bawahan. Tapi lambat laun melihat hidup mewah yang Clara dapatkan dari sifat royal Ali membuatnya merasa iri. Iri karena selama ini dia tidak pernah merasakan hidup mewah.

Dalam hati ia tetap optimis karena ia juga akan bisa seperti itu dengan menggantikan posisi Clara. Tapi impiannya itu seakan sirna saat mendengar lelaki pujaannya memilih menikahi wanita lain. Bagi Sinta tidak ada wanita manapun yang pantas bersanding dengan Ali kecuali dirinya. Ya, hanya dirinya.

Sampai kemarin, tanpa pikir panjang saat melihat kedatangan Prilly. Saat itu juga rencana untuk memberi ancaman pada gadis itu muncul tiba-tiba. Dia tidak memprediksi kedatangan Prilly secepat itu. Memang rencananya berhasil, tapi lihat sekarang apa yang ia dapatkan dari perbuatannya itu.

"Atas hak apa kamu berani menyentuh dan menyakiti istri saya?"

Sinta menggeleng takut, tangannya terikat di sebuah kursi.

"JAWAB SIALAN." Teriak Ali tepat didepan wajah Sinta yang sedang menunduk.

Ali yang geram langsung mencengkeram rahang Sinta kuat." Jawab atau mati sekarang."

Hei Ali sebenarnya bukan sesosok pria yang suka kekerasan, apalagi terhadap wanita. Biasanya lelaki itu akan bersikap acuh dan dingin. Atau Reno yang akan mengatasinya tanpa dia minta. Tapi kali ini beda, seseorang telah berani menyakiti istrinya.

"S--saya membencinya."

Ouh poor you, Sinta.

Ali mengeraskan cengkeraman tangannya pada rahang Sinta yang terus menjerit kesakitan." Siapa kamu yang berani membenci istri saya? Mungkin saat hanya kata benci yang keluar dari mulut busuk mu, mungkin saya masih memberi mu kesempatan. Tapi tindakan mu sudah diluar batas. Jangan harap saya akan mengiba kepadamu kali ini."

"Reno, bereskan wanita ini."

"Baik tuan."

Ali melangkahkan kakinya keluar gedung. Ia mengenakan kembali jas kerjanya lalu menaiki mobilnya menuju rumah sakit. Untungnya tadi saat ia akan berangkat kemari, istrinya itu sedang tidur jadi dia merasa sedikit lega. Disana juga ada mamanya dan kedua orang tua Prilly.

Sesampainya di rumah sakit, Ali langsung menemui istrinya. Hari ini adalah hari kedua Prilly dirawat disini. Kondisinya pun sudah membaik hanya perban yang masih melilit kepalanya.

Saat sampai di ruang rawat istrinya, Ali dibuat bingung. Pasalnya semua barang-barang miliknya dan juga Prilly sudah tidak ada disini. Infus Prilly juga sudah dilepas, bahkan istrinya itu sudah berganti dari baju pasiennya.

"Sayang, kamu mau kemana? Terus ini kok semuanya udah diberesin?"

"Aku udah boleh pulang sama dokternya, mas."

"Emang kamu yakin udah sembuh?"

"Yakin mas, aku juga nggak betah lama-lama tinggal disini."

Ali mengangguk saja lalu membantu Prilly untuk turun dari ranjang pasiennya.

My Life Journey (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang