Chapter 17🥥

1.4K 159 19
                                    

Judul telah diganti dan direvisi ulang( tidak ada banyak perubahan, hanya beberapa kata di setiap part)

Ngga suka ngga usah dibaca YESS!!! Dilarang ribet dan sebagainya oukeyy. Dan thanks buat yang udah mampir kesini. Enjoy

🥥🥥🥥

"Ouh shit, apa yang kau--arghhh Clara." Erang Ali saat ia mencapai puncaknya.

Prilly menekan dadanya kuat saat peristiwa semalam kembali terlintas di otaknya. Sungguh, tidak ada sedikitpun penyesalan saat ia menyerahkan dirinya kepada Ali. Tapi mendengar ucapan Ali yang menyebut nama seseorang saat pelepasannya datang, membuat jantung Prilly seakan diremas.

Mati-matian ia menahan isak tangisnya agar tidak keluar. Dan sekuat itu pula ucapan Ali kembali terdengar. Apa yang harus ia lakukan sekarang, suaminya yang mengaku mencintainya terang-terangan menyebut nama wanita lain. Prilly masih bisa menerima perlakuan kasar Ali semalam karena sedang emosi. Tapi saat-

"Sakit sekali ya tuhan."

Melihat wajah damai suaminya membuat hatinya semakin nyeri. Lelaki itu bahkan tidak menjelaskan apa maksud perkataannya tersebut. Jadi bisa diambil kesimpulan jika lelaki itu membayangkan mantan kekasihnya lah yang sedang bercinta dengannya.

Prilly menuruni ranjang dengan perlahan, lalu memasuki kamar mandi. Rasa perih yang menyengat pada kewanitaannya tidak membuat Prilly menangis. Justru terbayang ucapan suaminya yang membuat tangisnya pecah begitu saja. Bercak darah di sprei dan selimut putihnya sudah membuktikan dengan jelas bahwa kini dia sudah menjadi istri Alivian Leonard sepenuhnya. Apakah benar sepenuhnya?

"Kenapa mas kenapa?"

Prilly terisak dibawah guyuran shower yang sengaja ia hidupkan untuk meredam suaranya. Tidak perduli juga dengan tangannya yang masih terasa perih bahkan luka itu masih belum sempat di obati dan kini lukanya kembali mengeluarkan darah.

"Apa salahku? Apa yang aku perbuat sampai-sampai--"

Entah sudah berapa lama Prilly membiarkan tubuhnya basah dengan air yang masih mengalir, kukunya sudah memutih dan kulitnya sudah berubah pucat. Sampai suara ketukan membuat Prilly membuka matanya.

"Sayang keluarlah, sudah berapa lama kamu berdiri dibawah shower itu. Jangan menghukum dirimu atas kesalahanku."

"Sayang kumohon, keluarlah dan kita selesaikan semua ini." Suara Ali kembali terdengar. Ya Ali benar, mereka harus segera menyelesaikan semua ini. Entah dengan cara apa mereka akan menyelesaikannya nanti.

Setelah memakai bathrobe-nya Prilly keluar dan mendapati Ali yang berdiri cemas menatapnya. Lelaki itu hanya mengenakan celana panjang tanpa mengenakan atasannya.

"Sayang."

Ali menghela nafasnya saat melihat Prilly tidak merespon panggilannya. Dia tau dia salah karena bertindak kasar. Saat itu dia tidak bisa lagi mengontrol emosinya karena istrinya itu diam-diam menemui Clara dan ia juga yakin jika Clara lah yang meracuni otak istrinya.

Seharusnya juga ia tak terpancing emosi padahal ia sendiri tau apa yang menyebabkan istrinya itu seperti ini, omong kosong Clara. Orang suruhannya yang ia tugaskan untuk mengawasi istrinya mengatakan jika istrinya itu sedang bertemu dengan Clara di sebuah Cafe. Dan benar saja, tak lama kemudian ia mendapat telpon dari salah satu maid-nya tentang Prilly.

Tiba-tiba gerakannya yang ingin meraih tangan istrinya terhenti saat kilasan kejadian semalam itu kembali. Saat dia malah menyebut nama Clara.

Ali yakin istrinya akan salah paham karena perkataan bodohnya itu. Ia sebenarnya ingin mengatakan. "apa yang kau lakukan dengan mempercayai ucapan Clara?" Tapi saat itu ia hanya menyebut nama Clara saja karena pelepasannya datang. Bukannya meminta maaf atas kesalahpahaman ini, ia justru tertidur pulas. Entah sudah berapa kali ia melakukan itu, yang menyebabkan dia langsung tertidur begitu saja.

My Life Journey (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang