Chapter 25🥥

1.7K 222 92
                                    

Judul telah diganti dan direvisi ulang( tidak ada banyak perubahan, hanya beberapa kata di setiap part)

Ngga suka ngga usah dibaca YESS!!! Dilarang ribet dan sebagainya oukeyy. Dan thanks buat yang udah mampir kesini. Enjoy

🥥🥥🥥

"Daddy, Prilly mohon." Prilly yang tidak kuat menahan langkah Denandra akhirnya meluruhkan tubuhnya dan memeluk kaki Denandra.

"Tapi Prilly, dia sudah berani menyakiti putri kecil Daddy. Memangnya dia siapa, dengan seenaknya membuat putri Daddy menangis hah?!"

Denandra dan Thalita yang kala itu tengah bersantai dihalaman depan rumah mereka, dikejutkan dengan kedatangan Prilly. Biasanya saat datang Prilly akan langsung memamerkan senyumnya dan berteriak kegirangan. Tapi kali ini, mereka melihat penampilan Prilly yang bisa dibilang berantakan. Juga tak lupa dengan air mata yang masih terus mengalir.

Lalu Denandra yang sangat penasaran pun mendesak Prilly. Bukan tanpa sebab, karena semenjak pertemuan pertama mereka baru kali ini ia melihat Prilly se hancur ini. Dan yang tak disangka-sangka, tersangka utamanya adalah menantu kesayangannya sendiri yang membuat keadaan Prilly seperti ini.

Setelah mendengar cerita Prilly, Denandra yang dilanda emosi berniat untuk menghampiri entah dimana lelaki itu. Yang pasti Denandra ingin menghukum Ali saat ini juga. Ia tidak perduli jika image-nya rusak. Tapi niatnya terhenti begitu saja saat melihat putrinya begitu memohon kepadanya.

"Kenapa kamu menghentikan Daddy? Biarkan Daddy membalas rasa sakit mu. Daddy tidak terima dia memperlakukan kamu seperti ini." Ucap Denandra tapi Prilly sama sekali tidak bisa menjawab selain isakan nya yang masih terdengar.

"Dad udah, aku tau kamu nggak terima atas perlakuan Ali terhadap Prilly. Tapi kita juga harus ngerti keadaan Prilly sekarang. Dia butuh dukungan dari kita. Bukan malah menambah tekanan buat dia seperti ini." Sahut Thalita.

Jujur saja, sebenarnya Thalita juga merasa sakit yang teramat saat melihat kondisi Prilly. Tapi ia tidak ingin bertindak gegabah, ia masih memikirkan nasib putrinya.

"Dad, p-perut Prilly s-sakit. Tolong!" Prilly mencengkeram perutnya yang terasa begitu sakit.

Tidak, jangan sampai kejadian dulu yang ia harapkan tak terjadi, kini harus terulang karena keteledorannya lagi.

"Sayang, kenapa perutnya? Bilang sama Daddy." Denandra memegang perut Prilly diikuti Thalita. Matanya membulat saat merasakan perut buncit Prilly.

"A-anak Prilly, t-tolong selamet in dia. Prilly mohon."

"Kamu hamil, nak? Astaghfirullah, kita ke rumah sakit sekarang. Kamu harus kuat, nak."

Denandra yang untungnya cepat menyadari kondisi, langsung menggendong Prilly yang terlihat semakin pucat. Berbeda dengan Thalita, wanita itu terlihat masih terpaku setelah menyadari ada bercak kemerahan di lantai yang ia yakini itu adalah darah Prilly.

"Tuhan, hamba mohon selamatkan putri dan cucu hamba. Jangan sampai putri hamba merasakan kehilangan calon bayinya untuk yang kedua kalinya." Setelah mengatakan itu, Thalita langsung berlari menuju Denandra yang sudah memasukkan Prilly ke dalam mobil.

Thalita duduk di kursi belakang sembari memangku kepala Prilly. Ia semakin menangis saat melihat Prilly yang berteriak kesakitan seperti ini. Dengan tangan yang gemetar, ia mengelus perut Prilly dan memanjatkan doa memohon perlindungan untuk putrinya.

My Life Journey (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang