Chapter 9 🥥

1.3K 134 7
                                    

Happy Reading !

***

"Ali, mama ingin bertemu Prilly."

"Tapi Ali hari ini ada meeting penting dengan petinggi perusahaan, ma."

"Yaudah kamu meeting aja, biar mama berangkat sendiri ketemu sama Prilly."

Ali menghembuskan nafasnya kasar. Ia sendiri juga ingin bertemu dengan Prilly, tapi bagaimana dengan meeting kali ini. Apakah sebaiknya ia menundanya dan ikut bersama mamanya untuk menemui Prilly di rumah sakit?

"Ya oke-oke, Ali bakal temenin mama ketemu Prilly. Tapi tunggu sebentar, Ali mau telpon sekretaris Ali buat jadwal ulang meeting."

Senyum Tania mengembang, ia tahu sebenarnya putranya juga sangat merindukan gadis itu. Tapi Ali nya sendiri yang terlalu gengsi untuk mengatakannya. Lagipula ia justru senang jika Ali benar-benar memiliki perasaan dengan Prilly, menantu idamannya.

"Ayo ma, kita berangkat."

"Udah?"

"Sudah."

Selama perjalanan menuju rumah sakit, Tania tak henti-hentinya tersenyum karena sebentar lagi ia akan bertemu gadis cantik yang sejak awal selalu memenuhi pikirannya. Mungkin Ali saja yang notabene anaknya sendiri akan kalah jika dibandingkan dengan sosok Prilly.

"Mama kenapa sih keliatannya bahagia banget?" Tanya Ali karena sejak tadi ia memperhatikan setiap ekspresi yang ibunya keluarkan

"Mama seneng banget karena mau ketemu sama Prilly." Ucapnya dengan binaran yang sangat jelas di mata Ali.

"Kalo emang ini yang buat mama bahagia, Ali janji akan sering ajak mama nemuin Prilly ke rumah sakit."

Mata Tania semakin berbinar mendengarnya, ia bergeser dan memeluk lengan Ali." Aaa bener ya? Nggak bohong kan?"

"Demi kebahagiaan mama, Ali bakal lakuin apapun itu."

"Terimakasih anak mama yang ganteng."

"Sama-sama."

Keheningan kembali terjadi, Tania melirik Ali yang masih fokus pada laptop yang ada di pangkuannya. Selintas ide bersarang di otaknya, sepertinya ia akan menjahili putra esnya ini.

"Bilang aja kamu juga demen kan ketemu sama Prilly." Goda Tania membuat Ali mendelik tak suka

"Mama apaan sih."

"Alah nggak usah bohong kali Li, mama tau isi pikiran kamu. Ya kan ya kan." Tangan jahil Tania tergerak menoel pipi Ali membuat lelaki itu mendengus.

"Sama saja dengan Prilly." Gumamnya

"Nah loh ketahuan kan hahahaha."

***

"Ma?"

"Hmm."

"Ali lupa tanya sesuatu sama mama."

"Tanya apa?"

"Beberapa bulan yang lalu waktu Prilly histeris dan dia bilang bukan anak haram itu apa maksudnya? Ali yakin Prilly pasti cerita sesuatu sama mama."

Tania menghentikan langkahnya mendengar ucapan Ali, saat ini mereka sedang berada di lorong rumah sakit dan hampir sampai di depan pintu ruangan Prilly.

"K-kenapa kamu tanya begitu, Ali?"

"Ya Ali pingin tau aja, kenapa Prilly sampai histeris gitu. Mama nggak lagi tutup-tutupin sesuatu dari Ali kan?" Tatapan Ali menyelidik saat melihat raut wajah Tania yang terlihat tidak nyaman mendengar ucapannya.

My Life Journey (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang