Chapter 24🥥

1.5K 213 199
                                    

Judul telah diganti dan direvisi ulang( tidak ada banyak perubahan, hanya beberapa kata di setiap part)

Ngga suka ngga usah dibaca YESS!!! Dilarang ribet dan sebagainya oukeyy. Dan thanks buat yang udah mampir kesini. Enjoy

🥥🥥🥥

Yang bisa Prilly lakukan sejak saat itu adalah banyak bersabar. Ingin mencegah semua apa yang terjadi padanya pun rasanya tidak sanggup. Tidak sanggup dalam artian bukan ia tidak berani melawan. Ia hanya ingin menjaga kesehatan kandungannya.

Usia kandungannya saat ini sudah menginjak bulan keempat, yang artinya sudah satu bulan lebih ia berada dalam tekanan. Selama satu bulan itu juga ia harus menekankan hatinya untuk tetap bertahan dan ia juga harus pintar-pintar mengontrol emosinya. Karena jujur saja, semenjak hamil ia mulai kesulitan mengontrol emosinya apalagi saat berhadapan dengan Ali dan Maureen.

Pernah saat itu ia kelepasan dan tak sengaja membentak Maureen yang dengan seenaknya menyuruhnya ini dan itu yang berimbas pada kemarahan Ali. Ali berkata jika ia tak pantas berkata kasar seperti itu pada Maureen yang sedang hamil karena itu akan mempengaruhi janin Maureen. Lantas apa kabar dengan bayinya sendiri? Bayi yang belum sempat ia perkenalkan kepada ayah kandungnya. Tapi untuk apa ia memperkirakan bayinya sedangkan bayi yang hanya dikenal Ali adalah bayi milik Maureen? Tentu saja lebih baik ia tidak mengatakan apapun kepada Ali dan siapapun.

Dan ya, sampai saat ini Prilly masih mengonsumsi obat penguat kandungan yang selalu dokter resep kan kepadanya. Ia juga sudah bertanya apakah tidak masalah mengonsumsinya dalam beberapa waktu ini. Dan kabar baiknya dokter mengatakan jika itu tidak perlu dikhawatirkan karena mengingat kondisi Prilly akhir-akhir ini yang terlihat kurang fit.

"Mau kemana lagi kamu, mas?" Tanya Prilly saat melihat Ali yang terburu-buru keluar dari kamar.

"Maureen lagi ngidam pingin Pizza deket kantor." Balas Ali tanpa menoleh pada Prilly karena ia sedang berkutat dengan ponselnya. Mungkin sedang membalas pesan Maureen?!

"Perasaan Maureen ngidamnya Junk Food mulu. Hati-hati aja anaknya lahirnya instan kayak Junk Food." Prilly mengedikkan bahunya acuh.

Saat ini ia sedang duduk dengan bersender di kepala ranjang sembari memainkan ponselnya untuk mencari informasi tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di usia kandungannya sekarang. Dan juga ia sempat mencari makanan apa saja yang sangat disarankan untuknya. Tentu ia tidak akan memakan sembarang makanan dan malah membahayakan kondisi janinnya.

"Pingin rasanya ngidam terus diturutin suami. Tapi kayaknya mustahil deh, kan sekarang dia jadi suami pengganti buat Maureen. Apa mama cari suami pengganti juga buat menuhin ngidam kamu ya, sayang? Karena selama ini cuma mama yang mau turutin ngidam kamu." Dan entah kebetulan atau tidak, ia merasa perutnya sedikit keram.

"Iya enggak, aduh. Kemarin-kemarin kamu nggak ngambek gini loh sayang. Astaga mama cuma bercanda tau."

Selain memakan makanan makanan sehat yang diselingi oleh buah, Prilly juga aktif mengajak ngobrol janinnya saat di kamar seperti ini untuk membunuh kebosanannya.

Jika dilihat saat ia duduk menyender seperti ini perutnya akan terlihat membuncit, ditambah dengan baju rumahan yang ia kenakan. Dengan jarangnya interaksi yang ia lakukan dengan Ali maupun yang lain, Prilly merasa sedikit bersyukur karena mereka tidak terlalu memperhatikan perubahan yang terlihat kentara.

My Life Journey (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang