6. What The Hell

1K 168 15
                                    

Aku menganga ketika Raynia memberikan semua barang untuk dibawa.

What the hell?

Sopan banget dia! Berani-beraninya menganggap aku seperti porter!

"Tolong bawain ya, Sayang, kan tadi kamu yang minta."

Raynia mengerling dan tersenyum sok manis. Najis!

Menyesal aku telah memilih dia jadi kandidat calon istri bayaran. Aku kira dia adalah perempuan polos dan miskin yang bisa aku setir. Ternyata selain sombong, dia juga sangat licin seperti belut.

Resek! Sekarang malah senjata makan tuan! Jangan sampai ada yang mengenaliku selama di RSUD ini, bisa-bisa rusak reputasi dan karirku gara-gara jadi kuli panggul dadakan.

"Nia, kamu sama Rakha aja, biar Mama sama Ibu kamu yang temenin Rasya."

Mama mencegah Raynia yang akan naik ke ambulans.

"Tapi, Tan--"

"Udah sana, kamu ikut Rakha aja bawa barang-barang. Bagi tugas, Nia."

Aku menyeringai saat Raynia akhirnya mundur dan pintu ambulans tertutup.

"Good! Mereka udah pergi. Sekarang bawa barangmu sendiri!"

Aku menaruh lagi semua barang yang tadi kubawa di dekat Nia. Hei, wait! Kenapa aku juga memanggilnya Nia?

Oke, ralat! Si cewek belut yang sombong.

"Mana bisa begitu. Kan, kamu sendiri yang minta bawa!"

Aku terbahak melihat dia protes.

"Oh, kamu lupa kalau semuanya akting? Nggak usah manja! Bawa sendiri barang kamu ke parkiran belakang."

Aku lalu berjalan meninggalkan Raynia yang sedang bersungut. Bodo amat!

"Aw! Sakit!" Langkahku terhenti saat mendengar suara Raynia mengaduh.

"Kenapa, Mbak?"

"Mbak, nggak apa-apa?"

"Ada yang sakit?"

Saat menoleh ke belakang, kulihat Raynia sudah dikelilingi orang-orang di sekitar loby rumah sakit.

"Kaki saya keselo, tapi suami saya nggak mau bantuin bawa barang-barang saya." Raynia menunjuk ke arahku.

What the fff--!

Kini semua orang melempar pandangan ke arahku. Sial!

"Mas, bantuin dong istrinya," ucap Satpam RSUD.

"Iya nih, gimana sih, jadi suami," timpal seorang Ibu berkerudung.

"Situ laki apa banci, nggak mau bantuin istri," tambah lagi ibu yang rambutnya warna merah menyala.

Anjrit! Kenapa jadi gue yang dihujat!

"Kenapa, Mbak? masih bisa bangun? Sebelah mana yang sakit?" tiba-tiba seorang dokter muda menghampiri Raynia yang sedang akting meringis.

F.U! Cewek belut ini memang patut diberi penghargaan Piala Oscar!

"Kaki saya keseleo, dok, tadi keberatan bawa ini semua. Suami saya--"

"Eh, Sayang, kamu kenapa?" Aku segera menghampiri si cewek belut. Mari kita lihat, akting siapa yang lebih berbakat.

"Aku 'kan udah bilang, Sayang, kamu tunggu di sini. Aku mau ambil mobil dulu. Kamu bandel, sih. Mana yang sakit, Sayang?" Aku mengusap kaki Raynia untuk menambah efek dramatis.

"Rakha?"

Aku menoleh pada laki-laki bersneli putih. Tunggu, aku lupa-lupa ingat.

"Bagas, gue Bagas. Lo pasti lupa ya?"

RAINBOW CAKE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang