8. The Reason

929 159 25
                                    

Aku terbahak melihat wajah Raynia yang kepanikan dan merasa terjebak.

"Nggak usah mimpi bakal aku cium! Kamu itu bukan tipeku. Jauh dari standar malah. Nggak akan aku suka sama kamu!" ucapku sambil mataku fokus melihat jalanan.

Kembali aku melajukan mobilku menuju butik. Kulirik Raynia hanya mencebik.

"Oh ya? Sama dong! Kamu juga bukan tipeku! Cih! Cowok modal tampang doang, tapi hatinya busuk!"

What? Aku menoleh pada si cewek belut yang sombong.

"Jangan sembarangan kalau ngomong! Sok tahu!"

"Emang kenyataannya gitu kok! Kalau kamu nggak berhati busuk, pasti kamu nggak akan manfaatin orang demi keuntungan kamu, kamu juga nggak akan bohongin orang tua kamu, terus kamu juga nggak akan duain Beby kamu itu!"

Huh! Aku mengembus napas kasar. Cewek belut ini benar-benar berisik. Aku memilih diam, daripada dia terus meracau tak jelas. Lagipula, tugas dia adalah jadi istri bayaran, bukan jadi perempuan yang sok tahu dan berisik.

Kulirik Raynia juga terdiam dengan tangan terlipat dan melihat ke arah jendela. Bagus!

Setelah menemui beberapa lampu merah, akhirnya sampai juga ke butik teman Mama.

Huft! Camera, rolling, action!

"Lepas!"

Apa-apaan dia! Raynia malah berontak saat aku akan menggandeng tangannya saat memasuki butik gaun pernikahan.

"Ada Mama, jangan bikin curiga."

Aku berbisik dan mengambil tangannya lagi. Bagus! Kali ini dia mengerti.

"Rakha, Nia, kok lama banget sih, sampainya?" Aku disambut dengan kalimat omelan Mama.

"Maaf, Tante, tadi saya lagi ada kerjaan, nanggung kalau ditinggal."

" Oh iya, Nia, maaf juga ya, Mama minta Rakha jemput kamu sekarang. Soalnya temen Mama besok udah mau berangkat ke Singapura, lama baliknya. Kalau nggak hari ini nanti malah nggak keuber baju pengantinnya."

"Umh, maaf, Tante, tapi ... bukannya cuma akad nikah? Pakai kebaya aja cukup kali."

Aku menyimak obrolan Mama dan Raynia dalam diam.

"Tadi Mama sama Tante Salsa udah ngobrol. Kayaknya tanggung kalau cuma akad nikah. Nanti kita bikin resepsi aja sekalian. Yah, nggak usah undang banyak-banyak. Private party aja, gimana Rakha?"

Mataku membulat mendengar ide gila Mama lagi.

"Terserah Mama aja." Aku sudah malas mendebat Mama. Biarlah semua Mama yang atur. Toh ini hanya pura-pura.

Raynia pun hanya meringis pasrah. Kami juga menurut saja saat tim butik Tante Salsa meminta kami ke kamar pas untuk mencoba baju pengantin.

"Ya Allah, Nia, kamu cantik banget pakai kebaya ini. Pas lagi di badan kamu, nggak usah dikecilin lagi ya."

Sayup kudengar suara Mama kagum. Hh, secantik apa dia, paling juga B aja! Aku masih sibuk mengancing baju di dalam kamar pas.

"Rakha, udah belum? Sini Mama mau lihat! Nih, kamu juga harus lihat Nia cantik banget pakai kebaya."

"Iya, Ma, bentar."

Selain memasang kancing, aku segera keluar dari kamar sempit ini.

"Wah, anak Mama makin ganteng aja pakai baju pengantin gini. Sst, gimana calon istri kamu, cantik, kan?"

"Ini belum pakai makeup loh, gimana nanti kalau udah didandanin, pasti tambah cantik. Pinter cari istri kamu, Kha," puji Tante Salsa.

 Pinter cari istri kamu, Kha," puji Tante Salsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RAINBOW CAKE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang