The Right Villain - Something Happened When I Was Younger

1.7K 158 9
                                    

Kim Mingyu's POV

Brakk..

Suara gebrakan meja itu muncul setelah aku menggebrak meja yang ada di hadapanku. Aku menatap tajam pria yang berdiri di hadapanku dengan wajah takutnya. Aku bangkit dan berjalan mendekat, meraih kerah bajunya dan kutarik ke atas hingga ia berjinjit.

Ia terbatuk-batuk karena aku mencengkeramnya dengan kuat. "M-maaf bos Mingyu, tapi ia berhasil lolos dengan bantuan.. Temannya." Ucapnya dengan terbata, aku menghempaskan tubuhnya hingga ia terjatuh di lantai ruanganku.

Aku menatapnya dengan tajam, mendekat dan menginjak telapak tangannya. "Cari sampai dapat atau tangan kau sebagai imbalannya." Ucapku dan kulepaskan dirinya. Ia bangkit, pamit dan pergi begitu saja dari ruanganku.

Aku menghela napasku panjang, meraih rokok yang ada di atas meja kerjaku dan menyalakannya dengan korek api yang selalu ada di saku celanaku. Aku mendekat ke arah jendela, merokok di sana sembari menatap jalanan kecil di antara gedung-gedung kecil di daerah ini.

Sudah dua tahun lamanya aku mengejar pria bajingan yang sudah menipuku hingga aku kehilangan lima puluh juta won dalam sekejap mata. Lima puluh juta won tidak sedikit, bahkan aku harus mengoyak tubuh orang lain terlebih dahulu setengah tahun penuh.

Benar-benar keparat, dulu aku begitu mempercayainya sebagai anak buahku, tapi ia malah menipuku dan membawa pergi uang sebanyak itu. Aku menghembuskan asap rokok ke arah luar jendela, menoleh ke bawah saat mendengar suara mobil.

Tak lama, keluar seroang pria dengan gaya berpakaian yang begitu modern. Ia mendongak dan menatapku. "Mingyu.." Serunya dengan senyuman merekah, aku berdecak kesal dan ia segera masuk ke gedung berlantai tiga ini.

Pintu ruanganku terbuka, Myungho berjalan masuk setelah menutup pintu. Berdiri di hadapanku dan meraih rokok yang ada di sela-sela jemariku, ia mematikannya dan membuangnya ke bawah. Aku berdecak kesal, ia tidak menyukaiku yang merokok.

Ia menatapku sembari tersenyum, melingkarkan kedua tangannya di leherku, bergelantungan layaknya anak kecil. Ini sudah biasa bagiku, model satu ini jika di tolak malah semakin menjadi. "Kenapa?" Tanyaku padanya.

Kedua matanya mengerjap menjijikan, ia mendekat ke arah telinga kiriku. "Aku tidak ada jadwal saat ini." Bisiknya lalu ia mengecup daun telingaku. Aku tak merespons karena aku tidak butuh apakah ia ada jadwal atau tidak.

Ia menatapku dengan tatapan sendu, tangannya bergerak mengusap dadaku yang hanya memakai kaos hitam. "Mingyu.. Oh ayolah.." Ajaknya dengan merengek, ia benar-benar manja seperti anak kecil. "Aku ingin bermain.." Ucapnya kemudian.

Aku menatapnya dengan datar. "Aku sedang tidak ingin." Ucapku karena memang aku tidak ingin bersetubuh malam ini, aku benar-benar kesal karena penipu bajingan itu berhasil kabur.

"Ah Mingyu.." Ia merengek lagi, mendekatkan tubuhnya dan menggesek penisnya dengan penisku, aku menatapnya dan menggeleng pelan, heran dengan kegilaannya yang seperti ini.

Kami tak ada hubungan apapun, hanya teman sekolah menengah atas. Tidak lebih, setelah lulus, ia sekolah khusus model baju seperti untuk majalah, sedangkan aku, bahkan aku tak mendaftar di universitas. Aku malas melakukannya.

Ia terus menggerakkan tubuhnya, dengan sedikit mengeluarkan desahan-desahan laknat yang tidak begitu aku suka. "M-Mingyuh.. Ahhh.." Ia menunduk, meremas rambut belakangku sementara diriku masih berdiam diri di tempat sembari memperhatikan kelakuannya.

The Right VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang