"Kau sungguh baik-baik saja?"
"Ehm." Mingyu berdeham untuk menanggapi Mingki. Sejak kejadian dua hari lalu di rumah kedua orang tuanya, ia tidak menemui siapapun, hanya menyendiri di kamarnya. Bahkan untuk makan pun ia meminta Seungkwan untuk membelikan.
"Aku akan kesana." Ucap Mingki kemudian.
"Tidak perlu. Aku ingin sendiri." Mingyu langsung menutup panggilan tersebut. Ia menghempaskan ponselnya di atas tempat tidur dan berbaring.
Kedua matanya menatap langit-langit kamarnya, ia menghela napasnya panjang. Masih saja memikirkan tentang Dongmin.
Mingyu terdiam dalam posisinya selama beberapa menit, ia lalu bangkit dan berjalan keluar dari kamarnya. Langsung berjalan keluar dari ruangan dan menuju lantai pertama.
Ia menaiki motornya, melaju ke arah makam Dongmin. Mingyu terus mengendarainya hingga akhirnya sampai, ia turun dan berjalan menuju area makam Dongmin.
Kedua kakinya berhenti melangkah tepat di depan makam Dongmin, ia lalu berjalan mendekat ke arah samping dan bersimpuh di sana. Menatap batu nisan yang bertuliskan nama Dongmin.
Tangan kanannya mengusap batu nisan tersebut. Ia menghela napasnya, menatapnya dengan wajah datar tapi dengan perasaan yang begitu sakit. Ia sudah belajar untuk mengikhlaskannya tapi begitu susah.
"Dongmin-ah.." Panggilnya dengan lirih, ia menatap lekat batu nisan tersebut. "Aku harus bagaimana hm?" Lirihnya.
Mingyu lalu beralih duduk bersila di pinggir makam tersebut. Ia menunduk. "Katakan padaku bagaimana caraku untuk melupakanmu." Mingyu mendongak dan sedikit tersenyum. "Melupakanmu adalah satu-satunya hal yang tidak pernah ada di rencana hidupku, itu sebabnya aku tidak tahu harus bagaimana." Lanjutnya.
"Aku sudah membunuh orang yang membunuhmu, apakah aku juga harus membunuh dalangnya agar aku bisa melupakanmu? Aku harus membunuh ayah hm?"
Mingyu menelan ludahnya dengan kasar, ia lalu bangkit berdiri. "Kau menyuruhku untuk melupakanmu, tapi kau tidak memberitahukan caranya. Jahat sekali." Ia berbalik dan berjalan menjauhi makam tersebut.
Ia menaiki motornya, mengendarainya menuju rumah bordir tempat biasa ia berkunjung. Hari sudah mau malam, Mingyu sampai dan ia berjalan masuk.
Ia lalu duduk di salah satu sofa panjang yang ada di sana, memanggil pelayan dan meminta alkohol. Setelah itu, ia menuangkan alkohol tersebut.
Seorang wanita menghampiri Mingyu, ia mendudukkan dirinya di samping Mingyu, mengambil gelas Mingyu dan meminumkan pada Mingyu. "Kau kenapa Mingyu?" Tanya Yeri.
Mingyu menggeleng kecil, ia mengambil gelasnya dan meneguk habis alkoholnya. Ia menoleh. "Dimana yang lain?" Tanyanya.
Yeri mengerti maksudnya, ia kemudian memanggil dua temannya. Satu duduk di samping Mingyu dan satu di samping Yeri. Tubuh Mingyu bersandar pada sofa, ia memejamkan kedua matanya.
Yeri menuangkan minum lagi, ia membuka mulut Mingyu dan meminumkannya. Membuat empunya membuka kedua matanya, menatap Yeri dengan datar. "Aku sedang tidak ingin bermain." Ucapnya.
"Kami tidak hanya mendapat uang dari pekerjaan ini, tapi kepuasan juga." Balas salah satu dari mereka. Ia bangkit dan menarik tangan Mingyu.
Yeri dan yang satunya melakukan hal yang sama. Mingyu itu termasuk pelanggan yang banyak diincar oleh jalang disana, selain karena uangnya, tubuh Mingyu juga bagus.
Mingyu di bawa masuk ke salah satu kamar, tubuhnya di dorong oleh wanita yang tadi menariknya hingga ia terduduk di sisi ranjang. Lalu ia mendudukkan dirinya di pangkuan Mingyu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Villain
FanfictionMINWON • COMPLETED Tentang kebodohan Jeon Wonwoo dengan si kembar Kim. ••• Setiap orang pasti memiliki sisi jahat pada dirinya sendiri, entah bagaimana bentuknya itu. Tapi hanya beberapa orang yang mampu menunjukkan sisi jahatnya tanpa memedulikan b...