The Right Villain - How They Feel Each Other

1.5K 145 20
                                    

Jeon Wonwoo's POV

"Wonwoo." Aku menoleh ke arah Mingki yang baru saja keluar dari ruangan tadi, bersama kedua orang tuanya. Ia berjalan mendekat dan duduk di sampingku. "Semuanya baik-baik saja?" Tanyanya dan aku mengangguk untuk menanggapi.

Kedua orang tuanya lalu duduk di samping Mingyu, mereka menatapku dengan lekat. "Kami sudah membicarakannya dan kami merestui kalian." Ucap ibunya. Aku tersenyum dan mengangguk untuk menanggapi.

"Tapi kalian tidak boleh menikah sampai kedua orang tua Wonwoo merestui kalian." Lanjut ayahnya, aku mengerjap dan menoleh ke arah Mingki. Menelan ludahku dengan kasar, merestui bagaimana, bahkan aku di usir dari rumah.

Aku terdiam, hanya mengangguk kecil untuk menanggapi. Lalu ibunya mengajak kami untuk makan malam di ruang makan. Selama makan malam berlangsung, aku ditanyai cukup banyak hal, terutama mengenai keluargaku.

Dan setelah itu, Mingki yang lebih banyak bicara pada kedua orang tuanya. Berbeda sekali dengan Mingyu yang hanya terdiam sembari menghabiskan makanannya.

Setelah acara selesai, kami pamit. "Kau bisa menunggu di mobil." Ucap Mingki dan aku pamit, berjalan keluar dan memasuki mobilnya. Aku menoleh ketika melihat Mingyu yang keluar membawa sebuah helm, lalu Mingki juga keluar di belakangnya.

"Mingyu." Mingki memanggil Mingyu.

Aku mengerjap, sedikit menurunkan kaca mobil untuk mendengarkan percakapan keduanya. Mingyu berbalik dan menatap Mingki dengan wajah datarnya.

"Aku ingin meminta maaf atas nama Wonwoo karena dia menciummu." Ucapnya dengan tatapan hangat, wajah yang Mingki tunjukkan pada kedua orang tuanya juga.

"Apa aku mengungkitnya tadi?" Mingyu terlihat kesal.

"Tidak, bukan seperti itu Mingyu. Hanya saja, ia tidak tahu jika aku punya kembaran. Aku tidak pernah bercerita padanya."

"Dan kau bilang kau akan menikah dengannya? Kau bahkan tidak menceritakan mengenai keluargamu padanya."

"Mingyu--"

"Sudahlah." Mingyu berjalan ke arah motornya, ia naik. "Aku tidak peduli Mingki." Memakai helmnya dan menyalakan motornya.

Ketika akan melaju, Mingki menahan tangannya. "Kau tidak akan menginap di sini?" Tanyanya.

"Tentu saja tidak. Aku sudah memakai helm dan naik motor."

"Tapi ibu ingin kau menginap.. Dan.. Sebelum aku menikah, aku ingin kembali tidur bersebelahan denganmu seperti dulu."

Aku menatap Mingyu, ia terkekeh dengan remeh, menatap Mingki tidak suka. Ada apa sebenarnya dengan mereka. Mingyu kemudian menarik Mingki mendekat, ia berbisik di telinga kanan Mingki. Entah membisikkan apa, aku tidak tahu.

Tapi beberapa saat kemudian, wajah Mingki langsung berubah, ia mendorong Mingyu. Menatap Mingyu dengan tatapan tajam. "Jangan pernah berpikir kau bisa melakukannya Mingyu." Lalu Mingki berjalan ke arah mobil dan masuk.

Mingyu menoleh dan kami bertemu tatap, ia menyeringai dengan mengedipkan mata kirinya. Ada apa dengan dirinya? Aku menoleh ke arah Mingki yang masih terlihat marah, ia menyalakan mobil dan keluar dari area rumah.

Mingki melajukan mobilnya, aku menatapnya dengan lekat. "Mingki, apa yang Mingyu katakan tadi?" Tanyaku karena aku sungguh penasaran dengan apa yang Mingyu bisikkan.

Mingki tak menoleh sedikit pun, ia terus fokus dengan jalanan. "Kau tidak boleh bertemu dengan Mingyu." Ucapnya.

"Kenapa?" Tanyaku bingung, bagaimana aku tidak bertemu dengan Mingyu, aku harus membayar uang yang ayah tipu dan Mingyu adalah kembarannya Mingki, tentu saja pasti akan bertemu sewaktu-waktu.

The Right VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang