Mingyu hanya merasa bingung, kenapa Mingki bisa menusuk perutnya tanpa berpikir panjang. Apa saja memangnya kesalahan Mingyu pada Mingki sampai Mingki berbuat seperti itu padanya.
Ia sudah berusaha dengan keras untuk menjaga Mingki, hanya keadaan dan semuanya tidak berlaku sesuai keinginannya.
"Pergi Wonwoo." Bahkan Mingyu tak menoleh saat mengatakannya, ia menatap keluar jendela di ruang inapnya.Wonwoo menatapnya dengan bingung. "Apa maksudmu?" Tanyanya.
"Selama ini, aku menjagamu untuk Mingki." Balasnya dengan wajah datar. "Aku memperhatikanmu karena Mingki mencintaimu." Lanjutnya.
Mata Wonwoo memerah dan ia merasakan sakit pada hatinya.
"Aku hanya menunggu sampai kau kembali pada Mingki, mungkin ini saatnya." Mingyu menoleh dan menatap Wonwoo yang berdiri di belakang tubuhnya berbaring.
Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar, air matanya turun, setelah kemarin ia menangisi Mingyu, malah hari ini ia menangis karena Mingyu, mengusirnya.
"Aku ingin kau kembali pada Mingki." Lirihnya.
"K-kau pernah bilang padaku bahwa cinta itu hubungan timbal balik Mingyu.."
"Iya. Dan aku yakin kau masih mencintai Mingki."
"Aku sudah tidak mencintai Mingki.. Jangan membuatku semakin membencimu."
Mingyu menatapnya lekat, ia menelan ludahnya dengan kasar. "Tapi kau harus tetap kembali padanya."
"Rubah juga setia pada pasangannya Mingyu.." Wonwoo mendongak dan menatapnya. "Dan aku sudah memutuskan bahwa aku memilihmu sebagai rumahku, tak peduli seberapa buruknya kau." Ia berbalik dan berjalan keluar dari sana.
"Wonwoo.." Panggil Mingyu tapi Wonwoo tak menoleh, ia membanting pintu ruang inap tersebut.
Berjalan keluar dari rumah sakit dan masuk ke mobil, ia mengendarainya menuju rumah Mingki.
Sampai di sana, ia langsung turun, berjalan masuk dan mendapati Mingki berada di dapur.
Mingki menatapnya bingung. Wonwoo meraih kerah bajunya dan menatapnya dengan tajam. "Apa yang kau inginkan dariku?" Tanyanya.
"Kau." Jawab Mingki dengan tegas. "Aku ingin dirimu." Ucapnya lagi.
Wonwoo terkekeh, ia mengambil pisau dapur yang ada di sampingnya dan mengarahkannya pada lehernya sendiri. "Mingyu bilang, jika aku menggores bagian ini, aku akan mati dalam 3-5 lima detik." Ucapnya.
Mingki tentu saja panik, ia menahan tangan Wonwoo. "Kau gila?" Tanyanya, mencengkeram kuat pergelangan tangan Wonwoo.
"Aku lebih baik gila daripada harus kembali padamu, aku lebih baik mati daripada harus mencintaimu lagi." Balas Wonwoo dengan tatapan tajamnya.
Mingki tercengang, ia melepas tangannya dan melangkah mundur. "Wonwoo.." Lirihnya.
Wonwoo menghela napasnya dan menjatuhkan pisau tersebut. "Sudah cukup kau terus menyakitiku Mingki.." Dan ia mulai menangis. "Aku lelah.. Aku dulu sangat mencintaimu tapi rasanya begitu menyakitkan.." Ia mengerjap dan membuat air matanya terus turun. "Aku tidak mau mencintaimu lagi Mingki." Tegasnya, ia berjalan keluar dari rumah tersebut.
Mingki mengejar Wonwoo dan ia menahan tangannya. "Won--"
Wonwoo mendongak dan menatapnya. "Kumohon.. Izinkan aku untuk hidup lebih tenang, kita sudah berakhir, kita tidak ada hubungan apa-apa lagi, kau berhak mencintai orang lain, sama juga denganku.."
"Wonwoo, aku---"
"Aku pergi, jangan pernah menganggu hidupku lagi." Ia memasuki mobil dan mengendarai mobil itu kembali ke rumah, ia berjalan menaiki tangga menuju lantai dua, membenahi barangnya dan pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Villain
FanfictionMINWON • COMPLETED Tentang kebodohan Jeon Wonwoo dengan si kembar Kim. ••• Setiap orang pasti memiliki sisi jahat pada dirinya sendiri, entah bagaimana bentuknya itu. Tapi hanya beberapa orang yang mampu menunjukkan sisi jahatnya tanpa memedulikan b...