The Right Villain - She Died In Front Of Me

1.3K 114 7
                                    

Wonwoo sudah selesai bersiap, begitu pun dengan Mingki. Sejak Wonwoo pindah ke rumah yang Mingki beli, Mingki juga sering tidur di sana. Ia bilang, ia tidak mau meninggalkan kekasihnya itu sendirian.

Keduanya berjalan keluar dari rumah, memasuki mobil dan mengendarainya ke arah kantor. Wonwoo menatap Mingki dengan lekat. "Mingki-ah.." Panggilnya.

Mingki menoleh sebentar. "Kenapa hm?"

"Kita.. Jadi menikah setelah pesta perayaan berdirinya Kim Corp?" Tanya Wonwoo.

Mingki tersenyum, ia mengangguk untuk menanggapi. "Tentu saja.. Itu artinya, sekitar tiga minggu lagi, kau sudah resmi menjadi suamiku sayang." Balasnya.

Wonwoo tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Aku sudah tidak sabar.." Balasnya.

Mingki terkekeh mendengarnya. "Tidak sabar menjadi suami dari CEO Kim Corp. hm?" Godanya.

Wonwoo menoleh, ia menganggukkan kepalanya. "Aku tidak sabar menjalani kehidupan rumah tangga denganmu, jika sudah menikah, pasti rasanya akan berbeda kan?"

"Tentu saja." Mingki meraih tangan Wonwoo dan mengecupnya. "Akan berbeda sekali." Lanjutnya.

Setelah sampai di Kim Corp., keduanya menaiki lift menuju lantai teratas. Wonwoo segera masuk ke ruang pembuatan minum dan membuatkan kopi untuk Mingki. Ia lalu mengantarnya ke ruangan Mingki.

Wonwoo keluar ruangan tersebut, ia lalu mengecek ulang jadwal Mingki sebelum ia kembali masuk. Membacakan jadwal Mingki untuk hari ini.

"Kau boleh keluar." Ucap Mingki kemudian dan Wonwoo keluar setelahnya.

Ia mendudukkan dirinya di kursi kerjanya, menyalakan komputer dan mengerjakan pekerjaannya. Jam berlalu hingga sekitar jam sepuluh, ia dan Mingki turun ke lantai empat belas untuk melaksanakan rapat.

Begitu rapat selesai, Wonwoo berbenah, beberapa orang sudah keluar. Ia berdiri dan keluar dari ruangan tersebut, tapi langkahnya terhenti saat ponselnya berdering.

Ia merogoh saku celana yang ia gunakan, mengambil ponselnya dan melihat dari siapa panggilan itu. Ia menghela napasnya, menerima panggilan dari ibunya. "Ada apa ibu? Aku sedang bekerja."

"Wonwoo.." Nada ibunya terdengar khawatir. "Seulgi.. Kesakitan, ibu rasa penyakitnya kambuh lagi." Lanjutnya dengan panik.

Kedua mata Wonwoo langsung membulat terkejut. "Aku akan ke sana." Balasnya lalu menutup panggilan tersebut.

Ia menoleh dan mencari keberadaan Mingki, yang sedang berbincang dengan pegawai lain. Ia mendekat, menatap Mingki dengan lekat. "Ada apa Jeon-biseo?" Tanya Mingki, yang melihat wajah panik Wonwoo.

"Sajangnim, aku izin pulang. Kakakku penyakitnya kambuh lagi." Ucapnya.

Mingki mengangguk, ia merogoh saku celananya dan mengambil kunci mobilnya. "Bawa mobilku." Ucapnya, Wonwoo menerimanya.

"Terima kasih." Balasnya dan ia bergegas turun, menaiki lift hingga lantai satu dan ia berlari keluar dari gedung menuju tempat parkir.

Ia mengendarai mobil Mingki dengan cepat, melaju menuju rumah kedua orang tuanya. Setelah menghabiskan selama sepuluh menitan, ia sampai.

Wonwoo segera keluar dan masuk ke rumah tersebut, ia bergegas menuju kamar Seulgi, kedua orang tuanya juga ada di sana. "Noona.." Panggil Wonwoo.

Ia berjalan mendekat dan melihat bagaimana tubuh Seulgi bergetar, wajahnya pucat dan keringat dingin terus keluar dari tubuhnya. Ia bersimpuh di samping single bed tersebut. "Noona.." Panggilnya lagi.

The Right VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang