Sepulang dari rumah sakit, Wonwoo terus mencoba menghubungi kakaknya untuk meminta bertemu, tapi tak ada respons sama sekali dari Seulgi. Jadi ia memutuskan untuk menemuinya besok, langsung pulang menuju rumah.
Pagi harinya, Wonwoo meminta izin pada Mingki untuk datang terlambat dan terlebih dahulu mengunjungi kakaknya. Ia turun dari taksi yang ia tumpangi dan berjalan memasuki rumah.
Ia masuk dan tak mendapatkan siapapun di sana, sepertinya ayah dan ibunya sedang keluar. "Noona.." Panggil Wonwoo dengan seru, tak ada jawaban. Ia lalu berjalan masuk ke kamar kakaknya dan mendapati Seulgi yang sedang tertidur.
Wonwoo mengernyit bingung, padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan biasanya kakaknya sudah bangun. Ia mendekat. "Noona.." Panggilnya sembari menepuk lengan Seulgi.
Seulgi menggeliat, membuat selimutnya terkesiap begitu saja dan Wonwoo begitu terkejut saat melihat tanda merah yang cukup banyak di leher kakaknya.
Ia menelan ludahnya kasar dan memundurkan langkahnya. Setahu dirinya Seulgi tidak memiliki kekasih. Ia lalu berjalan keluar dari kamar tersebut, mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu.
Ia menunggu, berpikir apa yang terjadi pada kakaknya. Dengan tanda merah seperti itu, ia yakin itu tanda masih baru dan mungkin, semalam kakaknya melakukan hubungan badan dengan orang lain.
Pintu terbuka ia menoleh, mendapati Seulgi yang keluar dengan baju yang sudah di ganti menggunakan turtle neck. "Wonwoo, kau datang?" Ia mendekat, duduk di seberang Wonwoo sembari menampilkan senyumnya.
Wonwoo menatap datar kakaknya. "Noona sudah membayar 15 juta pada Mingyu.." Ucapnya sebagai pernyataan.
Seulgi mengerjap. "Bagaimana kau---"
"Tentu saja Mingyu yang memberitahuku saat aku akan membayarkannya." Wonwoo menatap lekat kakaknya. "Aku.. Tidak, tapi Mingki sudah membayar sisanya." Lanjutnya.
Seulgi dengan takut dan canggung menatap Wonwoo. "Ah, oh, baiklah.. Jadi sudah lunas.." Ucapnya dengan lirih, ia menunduk.
"Dari mana noona mendapatkan uang sebanyak itu?" Tanya Wonwoo.
Kedua mata Seulgi mengerjap, ia tak berani mendongak dan menatap Wonwoo sedikit pun. "Noona bekerja.. Iya, noona bekerja di sebuah restoran, menjadi pelayan." Jawabnya.
Wonwoo menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Restoran mana yang membayar pegawai baru sebanyak itu dalam waktu singkat?" Lirih Wonwoo. "Katakan padaku noona.. Apa pekerjaan noona.." Ia mulai meninggikan suaranya.
"Wonwoo, noona menjadi pelayan di restoran.. Kau tidak perlu khawa---"
"Lalu tanda apa itu di lehermu." Air mata Wonwoo mengalir begitu saja, tenggorokannya tercekat dan ia susah bernapas. "Noona bekerja di rumah bordir?" Lirihnya.
"Wonw---"
"Jawab noona!" Seru Wonwoo. "Apa noona bekerja di rumah bordir huh?" Tanyanya sekali lagi.
Seulgi juga menangis, ia mendongak dan menatap Wonwoo dengan sedih. Lalu menunduk kembali. "M-maafkan noona Wonwoo.." Lirihnya.
Hati Wonwoo serasa terhantam batu yang begitu keras. Ia menunduk, mengusap wajahnya dengan frustrasi. Ia lalu menatap Seulgi. "K-kenapa bisa noona melakukan itu.. Hiks.. Aku yang akan membayarkannya.. Aku yang akan---"
"Kau sudah banyak berjuang untuk kita Wonwoo.. Kini tinggal noona yang harus melakukannya."
"Tapi tidak dengan cara seperti ini.. Tidak dengan noona menjual diri noona sendiri." Wonwoo menggigit bibir bawahnya. "Aku ingin noona hidup dengan baik.. Istirahat di rumah agar penyakit noona tidak kambuh lagi.. Aku tidak ingin noona kelelahan, aku ingin noona menjaga diri noona untuk suami noona kedepannya.. Kenapa.. Hiks.." Ia menunduk begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Villain
FanfictionMINWON • COMPLETED Tentang kebodohan Jeon Wonwoo dengan si kembar Kim. ••• Setiap orang pasti memiliki sisi jahat pada dirinya sendiri, entah bagaimana bentuknya itu. Tapi hanya beberapa orang yang mampu menunjukkan sisi jahatnya tanpa memedulikan b...