Kedua mata merah Mingyu masih menatap Jongin dengan tajam, ia lalu membungkuk untuk mengambil pisau lipat yang ia jatuhkan tadi, menggenggamnya dengan erat.
Mingki memperhatikan gerak-gerik saudara kembarnya, ia tahu bahwa Mingyu marah dan sedih, ia juga sama. Ia merasakan bagaimana hatinya sekarang sakit melihat Mingyu yang seperti itu. Apalagi tahu bahwa ayahnya telah membunuh paman Kim.
Ketika Mingyu mengangkat tangan kirinya nya untuk menusuk tuan Kim, tangan kanan Mingki menghentikannya.
"Mingki!" Seru Wonwoo saat Mingki menggenggam pisau tersebut dan darahnya menetes di lantai putih itu.
Ia menatap Mingyu, menggelengkan kepalanya. "Mingyu-ah.." Lirihnya dengan air matanya yang mengalir.
Rahang Mingyu mengeras, tangan kanannya bergetar dan seperti merasakan goresan pisau lipatnya sendiri. Ia menelan ludahnya menatap Mingki yang masih menahan pisaunya.
Keduanya saling menatap, Mingyu seperti berbagi rasa sakit dalam hatinya. Air mata tak berhenti turun dari kedua mata Mingyu dan juga Mingki.
Srekk..
Mingyu menarik paksa pisau lipat tersebut. "Shh akhh.." Membuat luka di tangan Mingki menjadi lebih besar. Ia memegangi pergelangan tangannya dengan tangan kirinya. Wonwoo dan nyonya Kim langsung mendekat ke arahnya, sedangkan tuan Kim masih tercengang dengan apa yang terjadi.
Mingyu menggigit bibir bawahnya sampai berdarah dengan taring kirinya, sampai membuat darah itu mengalir melalui ujung bibir kirinya. Ia menjatuhkan pisau itu lagi. Lalu berbalik dan berjalan keluar.
"Mingyu, kau mau kemana?" Seru Mingki tapi Mingyu tak menjawab, ia terus berjalan keluar dan menaiki motornya. "Wonwoo.. Wonwoo tolong ikuti Mingyu." Mingki memberikan kunci mobilnya pada Wonwoo.
Wonwoo mengangguk, ia bergegas keluar dari rumah tersebut. Sementara Nyonya Kim segera mengambil kotak P3K dan mengobati luka Mingki. Tuan Kim duduk dan memikirkan tentang bagaimana sebenarnya Mingyu yang tahu mengenai kejadian sekitar lima belas tahun lalu.
Mobil Mingki terus melaju, Wonwoo menancap gas mengejar motor Mingyu yang terus melaju di depannya.
Mingyu melewati jalanan sepi dengan keadaan menangis, tentu, karena ia mengingat Dongmin dan kejadian lima belas tahun lalu. Bagaimana dirinya meninggalkan rumah juga saudara kembarnya.
Ia sungguh merasa sakit hati, terutama pada ayahnya. Memang ayahnya tidak ingin Mingyu melihat kejadian itu, tapi itu sudah terjadi.
Brakk..
Mingyu menabrak sebuah pinggir jalan trotoar, motornya langsung jatuh. Ia mengerjap dan bangkit, duduk di samping motornya dengan tangan kanannya yang terluka. Juga pergelangan kakinya merasakan sakit lagi.
Mobil Wonwoo berhenti di samping motor Mingyu, ia segera turun dan menghampiri Mingyu yang menangis sembari menunduk. Ia mendekat dan duduk di samping Mingyu.
Kedua tangannya meraih tubuh Mingyu dan memeluknya. Ia mengusap punggung Mingyu yang bergetar, mengusap rambut belakangnya.
Mingyu menunduk begitu dalam, menenggelamkan tangannya pada lengan tangan kanan Wonwoo. "Dongmin meninggalkanku Wonwoo.." Lirihnya, tangannya meremas kuat lengan baju Wonwoo.
Wonwoo juga merasakan sakit, ia baru kehilangan kakaknya, jadi ia tahu bagaimana rasa sakitnya itu. Tapi, kakaknya meninggal karena penyakitnya atau bisa dibilang karena Tuhan. Tapi Dongmin, ia meninggal karena dibunuh oleh ayah Mingyu.
Tangan kiri Wonwoo terus mengusap rambut Mingyu. "Semuanya akan baik-baik saja Mingyu.." Lirihnya.
"Ini tidak baik-baik saja untukku Wonwoo." Sentak Mingyu, ia melepas pelukan Wonwoo dan menatap Wonwoo dengan kedua mata merahnya di bawah lampu jalanan itu. "Dongmin meninggalkanku.. Untuk selamanya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Villain
FanfictionMINWON • COMPLETED Tentang kebodohan Jeon Wonwoo dengan si kembar Kim. ••• Setiap orang pasti memiliki sisi jahat pada dirinya sendiri, entah bagaimana bentuknya itu. Tapi hanya beberapa orang yang mampu menunjukkan sisi jahatnya tanpa memedulikan b...