The Right Villain - Afraid To Be Left

1.2K 124 9
                                    

"Kenapa kau menurunkanku di sini Mingyu?" Protes Wonwoo saat dirinya turun di rumah yang Mingki dan dirinya tinggali. Bukan rumah kedua orang tua Mingki.

"Ini sudah malam, lebih baik kau istirahat." Balas Mingyu, ia mengambil helm yang Wonwoo gunakan tadi. "Mingki juga pasti akan tidur di rumah ayah dan ibu." Lanjutnya.

Wonwoo menatapnya dengan kesal. "Paling tidak aku harus tahu kabarnya, ia sampai sekarang belum mengabariku." Ucapnya.

Mingyu menghela napasnya. "Akan aku kabari kau nanti, aku akan ke sana." Balasnya.

Wonwoo menatapnya, ia kemudian mengangguk dengan pelan. "Baiklah, kalau begitu kabari aku." Ucapnya dan Mingyu mengangguk.

Mingyu menyalakan kembali motornya dan pergi dari sana, sedangkan Wonwoo berjalan memasuki rumah tersebut.

Sesampainya Mingyu di rumah kedua orang tuanya, ia segera masuk. Tak menghiraukan kedua orang tuanya yang berada di ruang tamu. "Mingyu, kau---" Kalimat nyonya Kim terhenti saat Mingyu langsung berjalan menaiki tangga.

Ia berjalan ke arah kamar Mingki, lalu membukanya dan membuat Irene terkejut. Ia langsung menutupi tubuhnya dengan selimut. Sedangkan Mingki, ia masih tertidur.

Mingyu menutup pintu dan menguncinya, sepintas, ia melihat foto masa kecilnya dengan Mingki di atas nakas. Ia berdiri tak jauh dari tempat tidur tersebut, memperhatikan Irene yang menatapnya dengan takut.

Mingyu menggelengkan kepalanya dan terkekeh. "Apa Mingki selingkuh denganmu?" Tanyanya.

Irene mengerjap, ia menelan ludahnya dengan kasar. "A-aku.."

"Ah, kau yang membuatnya tidur denganmu?" Mingyu berjalan mendekat ke arah Irene yang duduk di sisi ranjang. Ia melirik Mingki yang tidur tengkurap. "Kau tidak mau mencobanya denganku?" Tanya Mingyu sembari mengusap dagu Irene.

Irene menatap Mingyu dengan takut, ia mengalihkan pandangannya dari Mingyu yang terus mengusap wajahnya, turun ke arah leher, menekan tulang selangkanya cukup kuat.

Wajah Mingyu mendekat, ia mengendus leher kiri Irene lalu mengecupnya. "Threesome.. Sepertinya menyenangkan." Bisiknya.

Irene langsung mendorong Mingyu dengan kedua tangannya dan membuat selimut yang menutupi tubuhnya melorot begitu saja. Mingyu tersenyum, ia mendorong tubuh Irene lalu ia mengungkungnya, menahan kedua tangannya.

Tangan kirinya mengunci tangan Irene di atas kepala Irene, sementara tangan kanannya mengusap dada telanjang Irene dengan gerakan ringan. Lalu ia memilin putingnya dan membuat Irene sedikit melenguh.

Mingyu menatapnya, lalu tangannya bergerak meremasnya dan Irene membulatkan kedua matanya, menutup rapat mulutnya agar tak mendesah. "M-mingyu, lepaskan aku.." Pintanya dengan memohon.

Mingyu terkekeh, tangan kanannya beralih turun ke daerah kewanitaan model tersebut, jemarinya bergerak memainkan klitoris milik Irene.

Sementara wanita cantik itu terus menahan diri, menutup mulutnya dengan rapat untuk menahan desahannya. Tapi jemari Mingyu terus bergerak. "Anghhh.." Dan ia mendesah panjang saat dua jemari Mingyu menerobos masuk lubang vaginanya.

Tangan Mingyu semakin merasakan basah dan becek, ia terus menggerakkan jemarinya, tak memberi celah pada Irene untuk berhenti mendesah. "Eumhh Mingyuh Berhe--ahhh ahh.." Ia meminta berhenti tapi tubuhnya begitu menyukainya.

Bagaimana kedua jemari Mingyu terus membuat dirinya semakin kewalahan, bagaimana jika Mingyu sampai memasukinya, mungkin Irene akan kalang kabut dibuatnya.

Dengan jemarinya yang terus bergerak, Mingyu menurunkan tubuhnya, ia menjilati puting Irene seperti layaknya anjing. Tak menghiraukan Mingki yang menggeliat karena mendengar suara desahan dan jilatan di sampingnya.

The Right VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang