Jeon Wonwoo's POV
Seperti hari biasanya, keadaan pagi ini benar-benar menyebalkan. Aku terlambat bangun dan harus segera bersiap-siap menuju tempat kerja, sebelum bosku datang terlebih dahulu. Karena ia selalu akan marah jika aku datang terlambat. Setelah selesai bersiap-siap, aku bergegas keluar dari kamar, melihat keluargaku yang sedang sarapan di ruang makan.
"Wonwoo, kau tidak sarapan?" Seru kakak perempuanku, Jeon Seulgi. Aku hanya menggeleng untuk menanggapi lalu berlari keluar dari rumah tersebut, sedikit berlari menuju halte bus dan tepat, bus yang biasa aku tumpangi berhenti di depan halte, aku segera naik.
Mendudukkan diri di salah satu kursinya sembari menatap keluar jendela. Aku menghela napasku dengan lega, sepertinya aku tidak akan terlambat. Bus melaju, aku kemudian membuka tasku dan mengambil iPad yang diberikan bosku, mengecek jadwalnya untuk hari ini.
Sekitar lima belas menit, akhirnya aku sampai. Aku segera turun dan berjalan ke arah gedung setinggi 22 lantai. Masuk melewati lobi perusahaan dan berjalan ke arah lift. Aku melihat jam yang mengingkari tangan kananku, lima menit lagi biasanya bosku datang.
Sampai di lantai teratas, aku bergegas keluar lift dan menuju ruang khusus untuk membuatkan kopi pagi untuk bosku. Setelah selesai, aku membawanya ke ruangan bosku dan meletakkan cangkir kopi tersebut di atas meja kerjanya.
Aku menghela napasku, membenahi beberapa barang yang di atas meja yang cukup berantakan lalu berbalik. Aku mengulum bibirku sendiri saat melihat bosku berdiri di ambang pintu, menatapku dengan wajah datarnya. "Selamat pagi, sajangnim." Sapaku sembari sedikit membungkuk.
Ia berjalan mendekat, meletakkan tas yang ia bawa di atas meja lalu menatapku dengan lekat. "Kau berkeringat." Tangannya terulur mengusap sedikit keringat yang ada di pelipis kananku, aku masih terus menunduk hingga akhirnya tangan kanannya meraih pinggangku dan mendekatkan tubuh kami.
Aku menelan ludahku dengan kasar ketika tangan kirinya meraih wajahku dan membuatku mendongakkan diri. Kami berdua saling bertatapan hingga akhirnya bibir kami bersentuhan. Ciuman pagi hari seperti biasanya. Aku menggerakkan sedikit bibirku untuk membalas ciuman lembutnya. Lalu ciuman terlepas setelah beberapa saat, aku menatapnya dengan sedikit senyuman tipis.
Ia menurunkan kedua tangannya dan berjalan ke kursinya, aku berbalik dan menatapnya yang duduk di kursi kerjanya. Ia mendongak dan menatapku. "Tidur jam berapa kau semalam?" Tanyanya, sedikit nada interogasi ia keluarkan.
Aku tak pernah bisa berbohong padanya. "Jam.. Satu.." Jawabku kemudian.
Terdengar ia yang menghela napasnya panjang. "Wonwoo, sudah kubilang jangan tidur terlalu malam, tidak baik untuk kesehatanmu." Ia menatapku dengan wajahnya yang sedikit kecewa. "Kau terlihat begitu kelelahan." Lanjutnya, ia meraih tasnya dan membukanya.
"Maaf, tapi saya tidak bisa tidur." Balasku, aku sedikit memundurkan tubuhku. "Kalau begitu, saya keluar." Ucapku berpamitan dan ia mengangguk untuk menanggapi.
Aku berbalik, berjalan menuju pintu yang masih terbuka dan keluar dari ruang kerjanya, setelah menutup pintu, aku berjalan ke arah tempat dudukku yang ada di depan ruangannya. Mendudukkan diriku dan menyalakan komputer di atas mejaku.
Kedua mataku tertuju pada layar komputer yang sudah menyala, aku terdiam. Memikirkan bagaimana wajah khawatir dan kecewa yang ditunjukkan bosku tadi. Ini bukan pertama kalinya ia bersikap seperti itu, hanya saya, tidur malam sudah menjadi kebiasaanku sejak sekolah menengah atas.
Dulu, aku perlu kerja paruh waktu setelah jam sekolah selesai di sebuah toserba, restoran dan beberapa tempat kerja lainnya. Dan aku harus mengambil shift malam untuk itu, jadi aku sudah terbiasa tidur malam. Selain itu, di masa kuliah pun sama, aku tidak bisa tidur lebih awal, karena pekerjaan paruh waktu masih berlanjut sampai aku lulus kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Villain
FanficMINWON • COMPLETED Tentang kebodohan Jeon Wonwoo dengan si kembar Kim. ••• Setiap orang pasti memiliki sisi jahat pada dirinya sendiri, entah bagaimana bentuknya itu. Tapi hanya beberapa orang yang mampu menunjukkan sisi jahatnya tanpa memedulikan b...