12

1.1K 96 4
                                    

Sudah jam makan malam namun Jimin masih belum terbangun. Yoongi memilih bangkit lebih dulu dan menyiapkan makan malam untuk mereka.

Yoongi berpikir apa saja yang tiga hari ini Jimin lakukan tanpa pantauannya hingga membuat kekasihnya tidur pulas seperti itu.

Bukan pikiran yang negatif memang, karena Yoongi mempercayai Jimin. Mungkin kekasihnya itu menari sepanjang hari hingga lupa istirahat. Ya itulah yang Yoongi ketahui selama dua minggu mereka bersama. Park Jimin sering kali lupa waktu jika sudah menari.

Ini adalah pertama kalinya Yoongi membawa Jimin ketempatnya. Mungkin lelaki manis itu akan bosan berada disini, apartemennya berbeda jauh dengan milik Jimin yang terlihat mewah dengan warna cerah. Tempat Yoongi penuh dengan kekelaman, abu-abu, hitam dan hanya putih satu-satunya warna terang disana.

Mungkin Yoongi akan membeli beberapa barang yang Jimin sukai agar lelaki itu betah disini. Nanti akan Yoongi pikirkan.

Makanan sudah tersaji dimeja. Yoongi menaiki tangga hendak membangunkan Jimin namun pintu kamarnya sudah terbuka lebih dulu. Jimin dengan rambut setengah basah dan kemeja hitam Yoongi ditubuhnya.

"Baru bangun hm?"

"Ku pikir aku diculik, ternyata memang iya." ujar Jimin ketus dan berjalan melewati Yoongi yang terkekeh mendengar ucapan kekasihnya.

Jimin melongokan kepalanya sampai mendapati meja makan yang sudah menunggunya disana. Tanpa disuruh dan tanpa menunggu Yoongi, Jimin mulai menyantap makanannya.

Ah masakan Yoongi selalu yang terbaik. Pikir Jimin dalam benaknya. Hey dia masih marah atau setidaknya perlu pura-pura marah karena Yoongi belum membujuknya dari kemarin!

Lelaki itu sibuk menyelesaikan tugasnya dan berakhir Jimin melampiaskan kesalnya dilantai studio tarinya.

"Pelan-pelan makannya sayang."

Oh. Dada Jimin bergetar menyenangkan mendapat panggilan manis dari suara berat Yoongi. Namun tetap saja wajahnya menampilkan raut yang keruh.

Yoongi tersenyum maklum. Apanya yang dominan kalau merajuk seperti itu. Tapi ucapan itu hanya berada dalam hatinya. Yoongi sudah tidak akan mengatakan hal-hal yang menyangkut status seperti itu lagi. Karena Yoongi menghindari pertengkaran yang mungkin akan merusak hubungannya dengan Jimin kelak.

Segelas air putih diletakkan didepan Jimin. Membuat ia mendongak dan melihat senyum manis Yoongi.

"Aku bisa sendiri!"

"Jangan merajuk Minie.. Maafkan aku ya."

Jimin mendengus kasar, "hyung menyebalkan! Kau membuatku diledek terus oleh mereka!" teriakan Jimin memenuhi apartemennya.

Sedangkan si pembuat kesal hanya tertawa pelan. "Aku janji itu terakhir kalinya berbincang di kampus denganmu. Maaf sayang."

Yoongi mengalah tidak akan menyebut jika itu kesalahan ponsel Jimin yang tertinggal. Bisa tambah murka kekasih kecilnya ini.

Jimin lemah sudah jika Yoongi berbicara lembut sambil mengelus pipi mochinya. Ia menunduk menyembunyikan ronanya. "Jangan begitu lagi." cicitnya.

"Ya aku janji. Sekarang teruskan makanmu."

Mereka makan bersama dalam hening. Saat Yoongi sedang membereskan piring-piring bekas mereka, Jimin memeluknya dari belakang membuatnya menoleh.

"Tunggu sebentar ya, ku rapihkan ini dulu." Jimin mengangguk dan duduk diruang tamu Yoongi.

Jimin melirik sekeliling apartemen yang sangat Yoongi sekali itu. Sangat tidak berwarna menurut Jimin. Namun ia betah disana karena aroma Yoongi menguar diseluruh sudutnya.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang