5

1K 78 2
                                    

Jimin yang teringat akan penghinaan-penghinaan Yoongi padanya mulai mengatur napas menstabilkan emosi yang sudah meletup-letup minta dilampiaskan pada lelaki kurang darah dihadapannya.

Yoongi menatap aneh pada Jimin yang menutup matanya dan beberapa detik kemudian senyum manisnya terukir dibibir plum itu. Sangat manis untuk ukuran Min Yoongi yang sangat tidak menyukai manis. Namun ini adalah senyum dari dominan yang sebentar lagi akan menjadi uke-nya.

Sebenarnya Yoongi tidak paham kenapa Jimin benci sekali padanya. Ia merasa tidak melakukan hal yang salah selain menjamah bokong seksi itu. Apa Jimin marah karena Yoongi menganggapnya sebagai submissive?

Ayolah.. Hanya orang buta yang akan menganggap Park Jimin itu dominan dibanding Yoongi. Mungkin orang buta pun akan tau Jimin ini pihak bawah dari suaranya yang begitu lembut ditelinga Yoongi.

Intinya bagi Min Yoongi, Jimin adalah submissive paling sempurna yang pernah ia temui. Kecuali sifat pemarahnya itu. Terakhir, Jimin ini harus Yoongi dapatkan. Karena sulit sekali menemukan orang yang mampu membuatnya tertarik dan Jimin ini berhasil melakukan itu.

Setelah mengulas senyum manisnya Jimin bertanya, "kau tidak makan senior? Aku pesankan ya"

Tangan Jimin mengacung memanggil pelayan untuk mencatat pesanan tambahan untuk Yoongi brengsek ini.

"Tolong cepat ya, sayangku ini sudah kelaparan." Bukannya cepat, pelayan itu malah menatap senyum manis Jimin dengan pipi yang memerah. "Oh sekalian aku bayar." Jimin menyerahkan kartu hitamnya membayar semua pesanannya.

Yoongi mendengus geli. Jimin ini ingin bertindak sebagai pria yang memanjakan dan selalu memperhatikan kekasihnya. Tapi sekali lagi itu tidak mengganggu Yoongi. Terserah pemuda itu asalkan Yoongi bisa makan siang bersama calon uke-nya ini.

Yoongi tidak seperti Jimin yang sangat sensitif akan penghinaan terhadap posisinya. Menurutnya dominan-submissive itu tidak ditentukan dari omongan orang melainkan dari aura dan pembawaan diri sendiri.

Meskipun wajahnya terus mengulas senyum yang dapat melelehkan siapa saja, sebenarnya Jimin duduk dengan gelisah. Ia memikirkan apalagi yang akan dilakukan untuk membuktikan bahwa dirinyalah sang dominan sesungguhnya.

"Dudukmu terlihat tidak nyaman Park. Apa kau habis dibobol seseorang?" Ya, Yoongi menyadari kegelisahan Jimin yang semakin membuatnya bingung. Ada apa dengan Park imut Jimin ini?

Jimin mencoba tidak terpancing dengan perkataan Yoongi. Ia tidak mau kalah untuk kesekian kalinya dari lelaki bajingan ini. Tolong ingatkan Jimin bahwa dirinya juga termasuk dalam kategori bajingan.

"Jangan bercanda Min. Selama masih ada penisku, tidak mungkin lubangku akan terbobol."

Mereka berdua tampak saling melempar senyum manis diselingi kata-kata yang menjatuhkan satu sama lain. "Kissmark dilehermu tampak bagus Min. Apa sekitaran dadamu juga seperti itu?"

Yoongi memaki mantan kekasihnya yang meninggalkan tanda dilehernya. Membuat Jimin mengejeknya seolah ia habis bercinta dengan seorang dominan dan ia menjadi pihak bawah.

"Kenapa kau penasaran Park? Apa kau mau ku buat penuh kissmark juga? Sejujurnya aku lebih suka memerahi bokongmu daripada lehermu."

Tahan Jimin. Tahan.

Kepalanya terus berteriak bahwa ia tidak boleh kalah lagi. Ia harus bisa mengatur emosinya jika berhadapan dengan seniornya ini.

"Tubuhku tidak pernah meninggalkan tanda merah seperti kau sekarang Min. Begitulah memang, pihak bawah yang akan selalu menerima ruam. Aku akan memahami posisimu, kau tenang saja senior Min." senyum lebar Jimin terangkat hingga menyisakan segaris mata indahnya.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang