22

951 96 19
                                    


"Jimin hyung, bagaimana jika besok kita menonton?" Suara antusias Woozi menambah gas dalam kebakaran. Meledakan seseorang yang tengah menahan kesal.

Bantingan sumpit Yoongi sontak meremas dada Jimin keras. Entah berapa ratus mantra yang ia rapalkan agar kejadian ini hanya mimpi saja. Nyatanya tidak! Nyatanya ia masih duduk disini dan kekasihnya masih beraut keruh disana.

"Aku ke toilet dulu" ucap Yoongi dingin.

Jimin memandang sendu sang kekasih yang mulai menjauh. Yoongi pasti kecewa dengannya meski Jimin tidak ada apa-apa dengan Woozi tapi Jimin sadar ia bersalah.

Pandangan beralih pada laki-laki yang masih duduk disampingnya. "Besok aku tidak bisa. Maaf ya Woozi." Ujarnya.

Kecanggungan disana dipecah oleh Seokjin. "Aish si tengik itu merusak suasana saja. Woozi kau jangan sampai jatuh pada pelukan lelaki kasar itu ya. Bagus kau menyukai Jimin." Pesan Seokjin.

Sementara Jimin meringis dalam hati, "aku yang harusnya kau peringatkan hyung, aku yang jatuh pada lelaki kasar, dingin sekaligus tengik itu."

Jimin coba menenangkan hatinya lalu makan secepat mungkin dan menanggapi obrolan sekenanya. Moodnya sudah berserakan entah kemana. Di kepalanya hanya berisi nama sang kekasih dan lantunan mohon yang semoga dikabulkan semesta.

"Jadi kalian ini berpacaran? Sejak kapan?" Tanya Seokjin.

"Tidak!". "Belum."

Jawaban berbeda dari dua orang yang berbeda lantas membuat Seokjin tertawa lucu dengan keduanya.

Jujur Jimin ingin membekap mulut Seokjin, dari tadi laki-laki itu makan dengan tenang dan saat Yoongi kembali ke meja mereka barulah Seokjin bertanya pada Jimin. Apalagi pertanyaannya sungguh membuat Jimin geram. Tidakah Seokjin ini kasihan pada nyawa Jimin?

"Ah masih tahap pendekatan ya... Woozi menggemaskan sekali Jim, cocok denganmu." Jimin meringis akan dukungan Seokjin pada hubungannya dan Woozi.

Hatinya sudah menjerit, "Seokjin hyung tolong hentikan omonganmu." Dan kepala Jimin semakin berat padahal ia tidak minum.

"Terima kasih Sunbae..." Ujar Woozi malu-malu.

Yoongi mendengus melihatnya.

Jimin melirik kekasihnya dengan takut. Tidak ada senyum, tidak ada kelembutan dan tidak ada tatapan hangat untuk Jimin. Batinnya melirih entah bagaimana ia harus menghadapi Yoongi setelah ini.

"Ah sepertinya kami harus pulang hyung, sudah malam." Jimin harus mengakhiri ini sekarang sebelum nyawanya semakin tidak selamat.

"Biasanya kau pulang subuh juga tidak masalah Jim."

Seokjin dan segala kekurang ajaran mulutnya ingin sekali Jimin musnahkan. Tidak bisakah lelaki itu membuat ini semua mudah dan meloloskan Jimin tanpa menambah penderitaannya kelak.

"Ohhh kau ingin mengantar Woozi? Ah Aku paham. Baiklah aku tidak akan menahan kalian lagi." Ujar Seokjin dengan senyum menggoda.

Woozi berdiri dari duduknya dan membungkuk ke arah senior-seniornya.

"Terima kasih sunbaenim sudah mengijinkanku duduk disini. Mungkin lain kali kita bisa melakukannya lagi. Eum tentu bersama Yoongi sunbae dan kekasihnya juga." Ujar Woozi ceria.

"Kekasihku? Konyol sekali." Sinis Yoongi. Sementara Jimin semakin meringis akan balasan Yoongi

"Yak Min Yoongi! Apa-apaan kau ini. Woozi sudah berkata baik tapi kau malah membalas seperti itu." Bela Seokjin.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang