Bagian 20

51.9K 4.9K 70
                                    

Happy reading

Alvian dkk kini sedang berada di sebuah ruangan yang berada di sekolah, ruangan itu memang di khususkan untuk Alvian, keluarganya yang menyiapkan itu

"Jadi, Lo mau nemuin dia sekarang?" Tanya arka serius kearah Al yang sedang menghisap rokoknya

"Ya, dia harus tau kebenarannya" balas Alvian tanpa menatap arka

"Apa dia bakal percaya kali ini? Kita udah sering coba buat ngejelasin semuanya tapi dia selalu menghindar" ucap Rizki yang kali ini menatap serius sahabatnya, sifat tengilnya hilang entah kemana, mungkin hanya untuk kali ini

"Kita coba aja dulu, masalah dia percaya atau enggak itu belakangan, yang penting kita udah coba buat ngejelasin" sahut Radit mengutarakan pendapatnya

"Bener yang dibilang Radit, kita harus cepet cepet kasih tau dia, sebelum dia makin salah paham sama kita, terutama Lo Al" ucap arka menyetujui ucapan Radit

Rizki terdiam, lalu "Tapi kalo nanti dia nanya siapa pelaku sebenarnya, kita mau jawab apa? Sedangkan kita aja gatau siapa laki laki itu yang udah nusuk Fathan" balas Rizki yang mempunyai pikiran yang panjang

Memang saat kejadian tersebut, Alvian dkk tidak melihat wajah sang pelaku, mereka hanya melihat bayangan seorang lelaki lalu hilang

Hening, semuanya terdiam mendengar ucapan Rizki yang memang ada benarnya, mereka harus mengetahui pelakunya dan motif dari pembunuhan tersebut

Tapi mereka tidak pernah mendapatkan petunjuk apapun, sang pelaku ternyata sangat pintar menyembunyikan bukti bukti yang ada

"Gapapa, kita jelasin dulu semuanya. Kebenaran pasti akan terungkap cepat atau lambat" jawab Alvian yang sedari tadi diam, lalu dia membuang puntung rokoknya

"Dimana dia sekarang" tanya Alvian

"Dia ada di apartemen miliknya" jawab Radit

Radit memang bisa melacak keberadaan seseorang

"Mau kesana sekarang" tanya Arka kepada sahabatnya

"Ya, lebih cepat lebih baik" jawab Alvian lalu beranjak dari sana menuju parkiran yang diikuti oleh sahabat sahabatnya

Bel sekolah sudah berbunyi sedari tadi, makanya sekarang hanya ada beberapa murid yang masih di sekolah, sebagian yang mengikuti ekstrakurikuler dan sebagian yang hanya berdiam di sekolah karena malas untuk pulang ke rumah

Alvian pun menaiki motornya dan melaju menuju apartemen seseorang dan tidak lupa dibelakangnya ada arka dkk yang juga ikut menemani Al

Transmigrasi figuran

Sesampainya di sebuah apartemen mereka memakirkan motornya di tempat parkir lalu pergi menuju lift untuk pergi ke kamar seseorang

408

Nomor kamar yang mereka cari cari akhirnya ketemu, tidak menunggu lama Alvian pun menekan bel, berharap bahwa dia memang berada di apartemennya

Ting tong

Tidak lama pintu terbuka dan menampilkan seorang lelaki dengan tubuh atletis dan wajah tampannya itu

Lelaki itu yang melihat Alvian berada di depan pintu apartemennya pun hendak menutup kembali pintunya

Tetapi Alvian yang sudah membaca gerak gerik remaja di depannya dengan sigap menahan pintu agar tidak tertutup

"Please, dengerin penjelasan gue sekali aja, Lo harus tau kebenarannya" ucap Alvian menatap tepat pada mata remaja tersebut, bahkan mata Alvian sedikit berkaca kaca ketika melihat remaja di depannya ini

Remaja tersebut menghela nafas, "Oke, tapi jangan disini" ucap remaja tersebut pasrah

"Oke, kita pergi ke cafe gue aja, ga jauh kok dari sini" sahut Radit cepat sebelum remaja tersebut berubah pikiran

Remaja lelaki itupun kembali masuk ke kamarnya dan mengambil jaket serta kunci motor, lalu dia pergi keluar mendahului Alvian dkk

Alvian yang melihat itu hanya menatapnya sendu, Arka yang ada di sisinya mencoba menenangkan Alvian dengan cara menepuk bahunya

Mereka pun menyusul remaja tersebut yang sudah berada di depan lift

Mereka pergi ke cafe Radit dengan motor masing masing

Sesampainya di cafe, mereka segera duduk di meja pojok yang terlihat sepi

Mereka sengaja memilih tempat itu agar tidak ada yang menguping, tapi sepertinya sia sia, karena ketika mereka masuk ke dalam cafe, salah satu pengunjung yang ada disana terlihat menegang, lalu berpindah duduk di tempat yang tidak jauh dari meja Alvian agar bisa mendengar percakapan mereka

"Jelasin" ucap remaja itu sambil menatap meja, dia sedari tadi tidak menatap Alvian maupun Arka, Radit, dan Rizki dia hanya menatap ke arah lain, dibawah meja tangannya mengepal, dia merasakan berbagai emosi di dalam dirinya, antara sedih, kecewa, marah, dan senang

Alvian menghela nafas lalu menatap sahabat sahabatnya, mereka menganggukan kepalanya seolah berkata 'ayo jelasin sekarang, jangan buang buang waktu'

Alvian pun menatap remaja lelaki yang masih menatap meja, seakan meja lebih menarik dari pada dirinya dan sahabatnya

"Tapi sebelum itu, Lo ga boleh motong ucapan gue, sampai gue selesai bicara, ngerti" ucap Alvian kearah remaja tersebut

"Ya, cepet" balas remaja lelaki itu

Alvian pun menceritakan semuanya, mulai dari dirinya dan sahabatnya yang ingin mencari suasana baru, lalu melihat Fathan yang sudah terkulai lemas, dan melihat bayangan seorang lelaki di gedung tersebut

Remaja itu mendengarkan dengan baik ucapan Alvian, dia bahkan tidak berniat membuka suaranya saat Alvian sudah selesai bicara

Lalu remaja itupun memeluk Alvian. Alvian menegang sesaat sebelum akhirnya membalas pelukan remaja itu sambil menepuk nepuk punggungnya

"Lo percaya sama gue, Gibran?" Tanya Alvian kearah lelaki yang sedang memeluknya

Remaja itu, Gibran. Gibran mengangguk "maaf karena udah salah paham sama Lo" ucap Gibran menatap Alvian penuh penyesalan

"Gapapa, yang penting sekarang Lo udah tau semuanya kan" jawab Alvian tersenyum tipis ke arah Gibran

Gibran membalas senyumannya. Radit dan Rizki yang sedari tadi menyaksikan pun akhirnya menghela nafas lega dan ikut tersenyum ke arah sahabatnya, dan juga Gibran yang mungkin mulai sekarang akan kembali menjadi sahabat mereka

Salah satu pengunjung yang sedari tadi mendengarkan pun meneteskan air matanya 'gue harus gimana, gue takut' batin pengunjung itu lalu pergi meninggalkan cafe























Makasih yang udah vote
Yang belum vote dulu yuk
❤️

Transmigrasi Figuran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang