Bagian 23

47.9K 4.6K 77
                                    

Happy reading

Lia, gadis itu menghela nafas lega, seakan semua beban yang ada di dirinya pergi begitu saja

Ternyata keluarga barunya ini sangat baik, mereka menerimanya dengan senang hati. Jujur, Lia merasa ini semua adalah mimpi, dia benar benar tidak ingin bangun dari tidurnya jika ini mimpi

Mereka masih di pantai, menikmati semilir angin yang sesekali menerbangkan anak rambut mereka

Azka dan arka yang sedari tadi tidak ingin lepas dari Lia

"Kalian berdua, ga liat itu muka adeknya udah mau nangis gitu" ucap Hendra menahan tawanya melihat betapa tersiksanya putri bungsunya ini

Azka yang memeluk pinggang Lia dan arka yang memeluk leher Lia, sungguh rasanya Lia seperti ingin mati

Azka menoleh ke arah Lia "Kamu senengkan Abang peluk kaya gini" tanya Azka

Lia tersenyum paksa, "seneng kok bang, Lia seneng banget" balas Lia menatap Abangnya

"Ihh Lia boong, kamu paling seneng di peluk sama bang Arka kan" ucap arka sombong dengan membusungkan dadanya

Azka yang melihat itu, mencubit puting arka yang dibalas pekikan keras oleh arka

"Kdrt lu bang" ucap arka melepaskan pelukannya lalu mengusap usap putingnya yang terasa sakit

"Cih" decih Azka tidak peduli

Arka melotot lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah mommy nya

"Mommy" adu arka dengan wajah memelas

"Gausah gangguin kita deh ah, dasar anak setan" sinis Hendra yang melihat anaknya hendak mengadu ke istri tercintanya

"Selalu aja bilang gue anak setan, berarti dia setannya dong, gue kan cuma anaknya" gerutu arka pelan, dia tidak berani bicara langsung seperti itu pada Daddy nya

Lia yang mendengar dari samping pun hanya menggelengkan kepalanya pelan

Lalu Lia mengalihkan pandangannya ke arah matahari yang akan tenggelam

'terimakasih tuhan, aku bahagia' batin Lia lalu memejamkan matanya

Transmigrasi figuran

Alvian dkk ditambah dengan Gibran sedang berkumpul di apartemen milik Gibran

Mereka semua bercerita, menggantikan hari hari kemarin yang tidak bisa bersama sama karena insiden waktu itu

"Lo tau, si Radit pernah kentut depan pak Bobi, terus dia malah natap gue, seakan akan kalo gue yang kentut, dan mukanya tetep datar" ucap Rizki menceritakan kejadian waktu itu, dimana dia dan teman temannya akan keluar dari kelas dan melewati meja guru yang disitu masih ada pak Bobi, lalu Radit kentut dengan suara yang lumayan keras, beruntung tidak ada aromanya

Rizki menceritakan itu semua sambil tertawa, meskipun dia kesal karena merasa dituduh, tetapi dia tetap merasa lucu dengan kelakuan sahabat setengah datarnya itu

Semuanya tertawa, hanya Radit yang memalingkan wajahnya dan terlihat telinganya yang memerah

"Ga nyangka ternyata seorang Radit bisa kaya gitu ya" ucap Gibran di sela sela tertawanya

Transmigrasi Figuran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang