[1] prolog

23.9K 998 47
                                    

Pagi-pagi disuruh menghadap atasan sebengis Gendhis dalam keadaan perut kosong, bagai sebuah teror bagi Lana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Pagi-pagi disuruh menghadap atasan sebengis Gendhis dalam keadaan perut kosong, bagai sebuah teror bagi Lana. Jangankan untuk sarapan, memoles pewarna bibir saja sungkan Lana lakukan saking tak berdayanya gadis itu saat ini.

Perut bagian bawahnya mulai berkontraksi begitu disuguhi raut wajah milik Gendhis yang saban hari tak pernah bersahabat. Lana meremat kedua tangannya, berusaha mengusir rasa gugup tiap kali berhadapan dengan atasannya itu.

Kendati Gendhis sebenarnya tidak sebegitu menyeramkan yang Lana bayangkan. Namun tetap saja aura wanita paruh baya itu terlampau kuat untuk ukuran Lana yang nyalinya hanya seujung kuku.

Tapi, omong-omong ... Lana jadi bertanya-tanya perihal apa wanita di depannya ini memanggilnya ke mari pagi-pagi sekali?

Seusai berhasil menuliskan sesuatu pada buku catatannya, Gendhis kini melemparkan tatap pada Lana yang langsung siaga; bersiap menunggu atasannya mengeluarkan suara.

"Mulai besok kamu nggak perlu datang ke sini — "

"YA ALLAH IBU SAYA DIPECAT??"

"Dengerin dulu saya belum selesai ngomong!"

Lana seketika itu juga membungkam mulutnya dengan tangan. Kendati tak dipungkiri jika adrenalinnya mulai terpacu, entah karena ucapan terlampau mengejutkan Gendhis atau karena raut wajah menyeramkan wanita paruh baya di depannya.

"Kamu kepilih jadi asisten barunya Pak Genaka, jadi mulai besok kamu nggak kerja sama saya lagi."

Hening.

Lana terdiam selayak manusia dungu. Raut gadis itu seolah tak mempercayai apa yang baru saja dikatakan Gendhis.

Jadi asisten baru Pak Genaka, katanya?

"Saya, Bu?" ulang Lana. Jari telunjuk gadis itu menunjuk dirinya sendiri, seolah memastikan jika orang yang dimaksud Gendhis adalah benar-benar dirinya.

"Iya kamu. Masih kurang jelas kalimat saya?"

"Kok saya sih, Bu? Saya nggak mau ah, saya takut, Bu," cicit Lana. Gadis itu tak mempedulikan perihal Gendhis yang sepertinya tengah menahan kesal. Kenyataan yang Lana hadapi saat ini nyatanya membawa dampak besar bagi suasana hati gadis itu yang seketika hancur berkeping-keping.

"Kamu pikir kamu bisa nolak seenaknya? Ini udah keputusan final dari Pak Genaka sendiri. Kalau kamu mau nolak, jangan ke saya, langsung bilang ke bos kamu sana," balas Gendhis tak acuh.

Lana benar-benar ingin menangis saat ini juga. Dipindah tugaskan seperti ini berarti dirinya harus siap dengan lingkungan baru, pekerjaan baru, tanggungjawab baru, juga rekan kerja baru yang belum tentu akan memberikan kenyamanan yang sama seperti ketika ia menjadi bagian dari tim operasional perusahaan.

Personal Assistant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang