[9] satu kamar

9.1K 673 57
                                    

Jika kemarin Genaka yang sempat mengacuhkan Lana, hari ini kebalikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Jika kemarin Genaka yang sempat mengacuhkan Lana, hari ini kebalikannya.

Sebenarnya tidak bisa dibilang mengacuhkan juga, Lana hanya sedang berusaha menjaga jarak dengan Genaka sebab tidak ingin pria itu menyadari perihal kondisinya yang dapat dibilang tidak terlalu baik hari ini.

Kendati memar pada pipinya telah Lana samarkan dengan foundation, gadis itu tetap waspada sebab mata tajam Genaka selalu menemukan celah yang bahkan orang lain mungkin tidak dapat menyadari hal tersebut. Pria itu seolah memiliki intuisi yang kuat sehingga dapat dengan mudah membaca apa yang tengah disembunyikan para staff-nya.

Dan juga ... sialan!

Rahang Lana serasa ingin copot jika dipaksakan terlalu banyak berbicara!

Tamparan Pardidi kemarin malam benar-benar menyakitkan sampai Lana berniat untuk memeriksakan keadaan rahangnya sepulang ia bekerja nanti.

"Na,"

Bahkan panggilan Abi yang terlampau memaksa saja Lana abaikan saking malasnya gadis itu membuka mulut barang menyahuti pria itu. Terlebih kini Lana merasa jika suhu tubuhnya mulai naik pun kepalanya yang ikut memberat sampai-sampai secara tak sadar, ia tidak terlalu lagi memperhatikan jalannya rapat yang dipimpin oleh Genaka.

"Gue liat-liat, itu Pak bos curi-curi pandang mulu ke arah lo," bisik pria itu.

Tak ada tanggapan dari Lana. Gadis yang duduk tepat di samping Abi itu hanya sibuk mengurut pelipisnya di sela kesibukannya yang berusaha untuk tetap fokus pada agenda rapat.

Setidaknya, Lana perlu mencatat satu pun dua materi penting untuk bahan laporannya pada Genaka nanti. Bisa-bisa Genaka nanti mengamuk jika sampai tak mendapati satu patah kata pun tertulis pada buku catatannya.

"Na, psst!" Abi yang tak mendapat respon kembali berusaha untuk menarik atensi Lana. Kali ini, usaha pria itu sepertinya berhasil, sekalipun raut yang Lana tampilkan terlampau masam untuk dilihat Abi.

"Apaan sih, Mas?" desah Lana, pelan. Gadis itu sungguh malas meladeni Abi yang sangat amat tidak peka dengan keadaannya yang hari ini sedang tidak dalam kondisi baik.

Abi kembali berujar. Kali ini, pria itu berbisik tertahan sebab tidak ingin aksinya ketahuan oleh Genaka. "Ngomong kek. Dari kemaren senyap banget itu mulut bebek lo, ada apaan dah? Lagi sariawan? Bibir pecah-pecah? Atau panas dalem? Mau diademin pake adem sari apa cap bibir gue?"

"Abi."

Mendengar suara berat Genaka, tubuh Abi seketika kaku. Dibalikkannya secara perlahan tubuh kurus menjulangnya itu; menghadap Genaka yang kini mengobral tatapan menyeramkannya.

"I-iya, Pak?" gugup Abi.

"Kalau kamu mau buka diskusi, silakan di luar. Jangan mengganggu forum diskusi saya," ujar Genaka, menatap Abi tajam.

Personal Assistant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang